Assalamu’alaikum warahmatulloh wabarakatuh. Alhamdulillah hari ini kita semua telah sampai di hari ke 20 bulan suci Ramadan, yang artinya bahwa nanti malam kita semua sama-sama akan memasuki 10 malam terakhir di bulan suci Ramadan, InsyaAllah.
Sungguh nggak terasa ya teman-teman, rasanya baru kemarin kita sama-sama memasuki bulan Ramadan, namun hanya dalam hitungan jari kita semua akan segera keluar dari bulan yang mulia ini. Harapan saya, semoga kita semua bisa keluar dalam keadaan yang fitrah dan terampuni semua dosa-dosanya oleh Allah SWT. Aamiin
Biasanya apa sih yang teman-teman lakukan untuk mengisi 10 malam terakhir di bulan Ramadan? Tentu kita semua mengetahui bahwa ada banyak keutamaan yang apabila kita lakukan di malam-malam tersebut maka Allah akan turunkan keberkahan-Nya. Dan tentu kita akan menolak jadi orang yang merugi bukan, apabila gagal mendapatkan berbagai hadiah dari Allah karena kita kurang mengoptimalkan malam-malam tersebut dengan kegiatan yang baik.
Meningkatkan kuantitas dan kualitas bacaan Al-Quran, menaikkan level sedekah, memperpanjang waktu malam dengan mendirikan sholat demi meraih ampunan, atau juga bisa dengan beri’tikaf di masjid. Semua itu adalah serangkaian aktivitas yang bisa kita optimalkan di 10 malam terakhir bulan suci Ramadan.
Lalu bagaimana dengan rencana 10 malam terakhir saya? Sama seperti teman-teman. Saya sedang berjuang untuk terus belajar menjadi pribadi yang “nggak malas”.
Selama jejak perantauan, saya pernah dipertemukan dengan seorang pasangan yang sudah tak lagi muda. Bahkan karena sudah terlalu tuanya mereka, untuk berjalan pun sudah tertatih. Mereka adalah bapak dan ibu kost saya yang pertama saat saya tinggal di Jakarta.
Ada banyak pelajaran yang bisa saya petik dari mereka berdua apabila berbicara tentang menghidupkan 10 malam terakhir. Karena bagaimana tidak, meski tubuhnya semakin renta namun semangatnya mampu mengalahkan saya yang masih muda. Jauh di atas saya.
Pernah suatu hari ketika saya baru selesai melaksanakan sholat maghrib, ibu mengetuk pintu kamar kost saya, beliau bermaksud mengajak saya pergi ke masjid bersama-sama dalam rangka menunaikan sholat tarawih.
Namun dengan alasan masih merasa lelah karena baru pulang dari kantor, saya menolaknya. Saya lebih memilih melaksanakan sholat tarawih di rumah. Dalam hal ini setelah berselang beberapa waktu, saya merasa malu oleh beliau, padahal waktu itu jarak dari rumah kost menuju masjid merupakan jarak yang cukup jauh untuk seukuran ibu kost yang telah sepuh dan hanya bisa jalan tertatih.
Selain itu mereka berdua juga memiliki kebiasaan yang luar biasa apabila telah masuk waktunya 10 hari terakhir Ramadan, yaitu berumroh dan melaksanakan i’tikaf di Masjidil Haram. Maa Sya Allah, semoga Allah anugerahkan kebaikan dunia dan akhirat untuk mereka berdua.
Tapi di tahun terakhir saya menempati rumah kost itu, ibu pernah bercerita pada saya bahwa beliau merasa sedikit sedih karena waktu itu tidak bisa menemani bapak lagi berumroh di 10 malam terakhir. Dokter memvonisnya dengan sebuah penyakit, sehingga ibu tidak boleh melakukan penerbangan lagi.
“Lisna, berumroh di bulan Ramadan apalagi 10 hari terakhir itu sangat spesial, karena pahalanya sama dengan berhaji bersama Rasululloh SAW. Tapi tahun ini ibu harus merelakan kesempatan itu”.
Bagi sebagian orang mungkin akan lebih memilih tinggal di rumah bersama keluarga sambil menunggu datangnya hari raya, tetapi bagi mereka, mereka punya cara lain untuk menunggu datangnya hari raya, yaitu dengan melaksanakan ibadah yang usaha untuk menjalankannya tidak semudah pergi beri’tikaf di masjid sekitar rumah kita.
Akan tetapi meski demikian, ada hal lain juga yang saya pelajari dari sosok Bapak kost. Beliau berkata bahwa proses ibadah yang harus kita lakukan bukanlah tentang sejauh apa tempatnya, akan tetapi sekuat dan setulus apa niat dalam hati kita.
“Papa akan berdoa pada Allah, meminta kesembuhan untuk Mama. Mama tidak perlu cemas, karena meski Mama tidak bisa menemani Papa, meski Mama hanya bisa menghidupkan 10 malam terakhir di sini, Mama tetap bisa beribadah. Hanya niat yang kuat dan tulus yang Allah lihat”
– Bapak kost kepada ibu kost –
Semoga nikmat-nikmat yang kita miliki saat ini bisa kita pergunakan untuk kembali mengoptimalkan 10 hari terakhir di bulan Ramadan. Nikmat sehat, waktu luang, harta yang tersedia, ilmu yang kita miliki, semoga bisa menjadi sesuatu yang memberatkan timbangan amal kebaikan kita nanti.
Terakhir, selamat mengoptimalkan 10 hari terakhir Ramadan teman-teman.
Salam,
el