Istanbul, Seni Seviyorum (1) : Bahasa, Politik, Agama

shatilaalgaff:

Bismillahirrahmanirrahim.
All praises always for Allah, the only one who bless us with everything.

Istanbul Büyüksehir Belediyesi. Tiga bulan sudah saya menetap di kota penyambung benua Asia dan Eropa ini. Negara yang sangat indah, mulai alam, bangunan, hingga orang-orangnya. Banyak yang berpendapat bahwa Istanbul ini adalah kota mesin waktu: dapat mengembalikan kita ke berabad-abad silam. Dan Brown dalam bukunya, Inferno, menuliskan “This was a world divided, a city of opposing forces– religious, secular, ancient, modern, eastern, western. Straddling the geographic boundary between Europe and Asia, this timeless city was quite literally the bridge from the Old World… To a world that was even older.”

Apapun definisi orang-orang tentang Istanbul, kota ini mengubah banyak hal untuk saya. Perjalanan saya ke kota ini sangat tidak mudah. Setelah ditolak oleh beberapa program, bukannya senang, saya malah bingung ketika saya mendapatkan Letter of Acceptance dan dinyatakan menjadi mahasiswa Universitas Fatih. Masih bingung, antara percaya dan tidak, dan sempat berpikiran the head of exchange program FU salah kirim email. Saya sampai bertanya tiga kali kalau itu benar saya atau bukan, ternyata memang saya. Saya masih ingat, saat itu bulan Ramadhan. Saya sendiri masih takut menyampaikan berita ini pada orang tua, takutnya malah tidak jadi pergi. Saya pun sempat bimbang, jadi berangkat atau tidak, tapi akhirnya setelah satu malam saya tidak tidur hingga sahur, memikirkan hal ini, dan berdoa pada Allah, saya yakin, saya harus ke Istanbul. Dan disinilah saya, dikelilingi angin musim gugur dan daun-daun yang beterbangan~

Pertama kali datang ke kota ini, tanggal 1 September 2015, saya dilanda sakit perut yang hebat. Sakit dan perih sekali. Saya menderita magh (gastritis) akut, dan perbedaan waktu antara Jakarta-Istanbul (4 jam) membuat jam makan saya berubah, and it was a nightmare, completely. Apalagi ditambah tragedi ‘air’ di pesawat. Still water dan sparkling water adalah jenis air yang berbeda. Saya sudah tahu sejak sebelum tragedi ini, di bahasa Perancis saya belajar jenis-jenis d’eau. Saya sudah meminta ‘still’ water, namun ternyata tetap diberi sparkling water alias soda. Saya juga salah karena saat itu menghadap ke jendela melihat awan-awan langit negara-negara Balkan, dan langsung meminum air itu. Sedetik kemudian perut saya sakit hebat. Yah, mungkin ini teguran dari Allah agar saya menjaga jam makan dan tidak sakit magh lagi. Alhamdulillah hingga sekarang tidak pernah kambuh, hehehe. Kalau kambuh, mungkin mama saya tiba-tiba muncul di depan flat sambil marah-marah. ((Ampun ma 😭 janji ga nakal dan makan teratur, hiks)). Well, it’s better having a jet lag mind than jet lag stomach.

Istanbul adalah kota yang ramah untuk stranger seperti saya. Tourists are everywhere. Sayangnya, sangat jarang sekali orang lokal yang bisa bahasa Inggris. Menurut salah satu teman lokal saya, belajar bahasa Inggris bukanlah kewajiban untuk siswa Turki, dan termasuk mata pelajaran optional yang didapatkan saat sekolah menengah atas. Karena itu, saya tidak heran. Bahasa Turki sendiri adalah bahasa ‘campuran’ antara Osmaniye (bahasa Arab kerajaan Ottoman), bahasa persia, bahasa Arab, dan bahasa Perancis. Tidak heran, saya banyak menemukan orang yang bisa berbahasa Arab dan Perancis dibanding bahasa Inggris. Saya pernah tersesat dan ditolong seseorang dengan bahasa Perancis. Untungnya meskipun level bawah, tapi saya mengerti dan tidak tersesat lagi. Bahasa Turki pertama yang saya tahu adalah ‘Seni Seviyorum’ (aku cinta kamu), dan Teşekkurler (terima kasih). Cara membaca tulisan Türkçe pun agak berbeda dengan bahasa latin. Untuk bahasa Turki, saya mengambil mata kuliah Basic Turkish dengan 5 ECTS (European Credit Transfer System / SKS versi Eropa). Learning another language makes your life more colourful!

Ada hal menarik perhatian saya saat hari orientasi di kampus: Turkish Politics. Mayoritas Anda yang membaca tulisan ini, pasti kenal dengan Presiden Recep Tayyib Erdoğan. Selama di Indonesia, saya sering membaca banyak artikel tentang beliau yang kesimpulannya: most of Indonesian people fancy him because of his Islamic vision. Saya pun begitu. Namun, saat orientasi di kampus, ada seorang dosen ilmu politik lulusan Al-Azhar (salah satu dosen FU, saya lupa nama beliau), menjelaskan tentang kondisi politik di Turki dan pandangan masyarakat Turki terhadap Presiden Erdoğan (huruf ğ dibaca seperti ghain dalam huruf hijaiyah, dan agak sedikit disamarkan, sehingga dibaca érdowgh-an). Pandangan tersebut kurang lebih mirip dengan pandangan orang Indonesia terhadap presiden Jokowi, which is mostly about ‘failures’.

Hal menarik lain adalah kebisaan orang Turki dalam berbicara. Mereka lebih sering menyebut ‘Allah’. Maşaallah, İnşaallah, hingga geleng-gelemg kepala juga menyebut Allah-Allah… Saya, warga negara dari sebuah negara demokrasi dengan penduduk muslim terbesar di dunia, jarang sekali mendengar seperti ini di Indonesia. Mungkin orang muslim Indonesia lebih suka memakai ‘yaelah’ ‘buset’ ‘njir’ ‘heh’ ‘oh men’ dan sebagainya, termasuk saya juga. Lebih ‘wow’ nya lagi, di kelas bahasa Turki, kami juga diajarkan salam ‘Selamualaykum’ dan ‘alaykumsalam’ (tanpa wa, yang dalam bahasa Arab berarti ‘dan’). Dan otomatis, teman-teman internasional saya dari berbagai benua menganggap itu bahasa Turki sehari-hari, termasuk juga semua pelafalan Allah tadi. Bahkan, teman-teman saya mulai menyebut Tuhan dengan ‘Allah’, dan mereka mulai lancar menggunakan ‘Alhamdulillah’ atau ‘Masha Allah’ atau ‘Wallahi’. Dan dalam bahasa Turki, tidak ada kata-kata umpatan. Kata paling kasar adalah ‘Allah melaknatmu’, dan dipakai untuk orang dengan agama apapun. Berbeda dengan orang Indonesia yang notabene memiliki bahasa umpatan berbagai macam. Padahal, negara Turki adalah negara sekuler dimana ‘agama tidak sepatutnya diperlihatkan dan dibedakan dengan urusan pemerintahan atau hal resmi lainnya’. Istilah dosen politik saya, “If you wanna pray, go home! Don’t tell us. Show to your God.” Berbeda dengan di Indonesia, sangat berbeda. Tak hanya itu, banyak sekali orang Turki yang ‘bertasbih’ di dalam transportasi umum. Juga ada yang membaca Al-Quran baik lewat ponsel ataupun Al-Quran langsung, dan tidak ada yang melihat mereka secara lekat-lekat, hanya saya saja. Coba saja hal ini terjadi di Indonesia, mungkin satu kereta atau satu bus langsung menatap orang ini dan pasti banyak yang mencibir ‘dasar sok alim’ atau ‘sok agamis’ atau ‘riya’. Jangankan beribadah, memakai kerudung panjang saja kadang juga dibilang begitu. Mungkin, inilah bedanya ketika agama purely menjadi urusan antara Tuhan dan manusia, bukan manusia antarmanusia. Ini merupakan renungan untuk umat muslim, khususnya saya. Betapa lisan sungguh elok jika dijaga, dan agama sungguh tentram jika langsung diterapkan pada diri sendiri tanpa mengkritik atau mencemooh orang lain.

#

Tidak ada bangunan menarik di Istanbul selain masjid. Hampir setiap masjid yang saya temui memiliki dekorasi yang indah, dan uniknya lebih mirip gereja dibandingkan masjid. Ini dikarenakan, selama berabad-abad, Istanbul adalah ibukota dari kekaisaran Constantine, atau biasa disebut The legendary Eastern Roman Catholic Constantinople. Faktor sejarah ini sangat mempengaruhi bangunan-bangunan dan dekorasi yang ada di Istanbul. Contohnya masjid Biru atau Masjid Sultanahmet. Masjid besar yang berada di seberang Hagia Sophia ini memiliki sense of art yang sangat byzantium, utamanya lampu-lampu gantung yang merupakan ciri khas Hagia Sophia. Dan seluruh masjid yang saya kunjungi disini memakai lampu gantung tersebut. Namun, semua masjid dihiasi dekorasi kaligrafi Arab yang sangat indah. Juga medali Allah dan Muhammad yang sangat besar, membuat tentram siapa saja yang masuk masjid. Suasana magis, suci, nyaman, tentram, pun begitu terasa ketika setiap orang memasuki pintu masjid, membuat siapa saja betah dan nyaman untuk shalat.

#

Di tengah dinginnya malam musim gugur.
Şirinevler, Bahçelievler Cad.
İstanbul, November 8, 2015.

#travelingwithpurposes

shatilaalgaff:

#TravelingWithPurposes

Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup akan terasa setelah lelah berjuang

Aku melihat air yang menjadi rusak karena diam tertahan, jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, keruh menggenang

Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tak tinggalkan busur tidak akan kena sasaran

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa di dalam hutan

Menyentuh gak? Saya yakin, Anda pasti tersentuh. Dan bukan, ini bukan sajak saya. Ini adalah sajak karangan Imam Syafi’i. Beliau adalah salah satu pujangga Islam terkenal. Saya membaca sajak ini pertama kali ketika saya kelas XI SMA (kelas 2 SMA). Saya membacanya di dalam buku “Negeri 5 Menara” karya A.Fuadi. Pertama kali membaca sajak ini, hati saya langsung tersentuh. Saat pertama kali membaca itu, saya langsung bertekad bulat, jauh di dalam hati saya: saya harus melihat negeri orang!

*******

Sesuai yang telah saya janjikan lewat beberapa media sosial saya, saya akan menuliskan pengalaman saya mengikuti beberapa acara internasional. Saya menuliskan ini hanya untuk satu tujuan: berbagi pengalaman. Amat sayang jika pengalaman yang telah saya dapatkan ini hanya saya simpan di lubuk hati. Hehehe. Selain itu, banyak sekali yang bertanya lewat personal message pada saya. Daripada saya balas satu-satu lebih baik saya tuliskan saja agar semuanya bisa membaca. Jadi, lebih efektif, dan efisien. So, disimak baik-baik ya 🙂 Baca nya yang teliti, jangan baca cepat dan nanya yang sudah jelas-jelas saya tulis 🙂 Semoga dari tulisan ini, Anda menjadi terinspirasi, dan mendapatkan pengalaman yang bahkan lebih dari saya. Aamiin.

********

Kak, ko kakak keluar negeri terus?
Kak, ko kakak jalan-jalan mulu sih?
Kak, caranya gimana biar bisa jalan-jalan?
Kak, aku pengen keluar negeri caranya gimana?

… dan berbagai pertanyaan lain dengan jenis yang sama.

Pertanyaan tersebut selalu muncul dalam akun media sosial saya setiap saya meng-update saya sedang ada di luar negeri. Saya memang selalu punya kebiasaan mengupdate seperti itu, sebenarnya bukan buat pamer atau eksis atau apa lah. Tapi biar mama dan abi saya gak khawatir :’). Orang tua saya punya akun Facebook, Line, dan Instagram (Iya, orang tua saya emang keren. hehe) Mereka selalu ingin tau cerita saya dan memastikan kalau anak perempuannya yang sedang berada jauh di negeri orang, sedang baik-baik saja, bahagia, dan sehat walafiat. Daripada saya message satu-satu, mending saya update aja, sekalian bisa saya baca-baca lagi kalau suatu saat rindu. hehe. Jadi, saya luruskan lagi, biar ga ada salah sangka ya, saya sering update agar orang tua saya tidak khawatir 🙂 Karena sedih banget kalo dibilang pengen eksis 😥 😥 😥
The beautiful thing doesn’t need attention. Attention needs it (Someone, 2015).

Back to the topic.
Saya keluar negeri baru tiga saja, semuanya dalam rangka student activity. Tapi, hanya dua negara yang baru saya kunjungi, yaitu Thailand dan Turki. Dua aktivitas yang saya lakukan di Thailand ini merupakan short term exchange, dan aktivitas di Turki adalah long term exchange.

Berikut ini adalah kegiatan yang saya ikuti:

Asian Engineering Student Network (AESN) 2015
Kegiatan ini merupakan gathering mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi engineering ternama di benua Asia, dan alhamdulillah, kampus saya termasuk di dalamnya. Hehe. Sebenarnya ITB juga, namun saya kurang tahu mengapa kemarin tidak ada delegasi dari ITB, denger-denger mereka masih UAS saat acara diselenggarakan.
Beberapa seleksi dibutuhkan untuk mengikuti acara ini, namun, ini close recruitment, karena merupakan hasil dari MoU antaruniversitas. Jadi, ga semua mahasiswa dari semua universitas bisa apply. Untuk ITS sendiri, karena ini merupakan awal mula dan salah satu buah dari MoU antara BEM ITS dengan Student Association of Engineering Chula, jadi, yang mengkoordinir adalah BEM ITS. Untuk kebijakan tahun saya kemarin sih bener-bener close rec karena kami ada misi tertentu yang harus membuat MoU. Nah, tahun depan, tanyakan presiden dan menko hublu dan menteri hublu yang baru deh, karena di luar kuasa saya. hehehe. Tapi, kalau saya sendiri sih (dan beberapa pengurus menko hublu yang sekarang), inginkan tetap dibuka oprec untuk seluruh KM ITS, namun dengan seleksi dari BEM ITS dan IO. Setuju gak? Makanya, yuk jangan lupa tulis poin ini untuk jadi pertanyaan di kampanye presiden BEM ITS tahun depan. Hehehe XD

AESN sendiri berlangsung selama 1 minggu. Acaranya terdiri dari seminar, worksop, dan social project. Tentu saja bonus jalan-jalan.

Youth Lead (YL) 2015
Kegiatan ini merupakan gathering mahasiswa terpilih yang berasal dari ASEAN untuk membahas isu-isu ASEAN, mulai dari politik, ekonomi, hukum, hingga budaya. Tentu saja bonus jalan-jalan. Hehe. Agama pun di bahas, pokoknya semua deh. Nah, untuk kegiatan ini, saya lolos seleksi dan semua mahasiswa bisa daftar. Acaranya berlangsung di Bangkok, Thailand, selama 10 hari.

Exchange Program Fatih University
Kegiatan ini murni kuliah seperti biasanya. Hanya saja, beda kampus dan beda teman, namun dalam jurusan yang sama (bisa saja beda sih, tergantung keinginan). Dalam program ini, sistemnya adalah transfer SKS karena universitas saya dan Fatih Univ telah memiliki MoU.

Oke, sekarang kita move ke pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul ya. Sekali lagi, silakan di CERMATI dulu, jangan sampai nanya yang sudah saya tulis 😥 hiks.

Kak, modal yang harus saya siapkan untuk mendaftar kegiatan exchange apa saja?
Sebenarnya sih modalnya cuma satu: berani. Iya, berani. Berani gagal, berani berhasil. Karena, kalau udah gagal, harus mau sedih dan galau dan bangkit lagi, kalau udah berhasil harus berani tanggung konsekuensi. Karena, semua program selalu ada risikonya.

Pertama yang harus kamu siapin adalah a good and brave English. Ga harus punya toefl 660 kok buat ikutan acara begini. Yang penting kamu harus pede dulu aja dengan kemampuan bahasa inggris kamu. Ada program yang tidak meminta TOEFL certificate untuk disertakan, ada yang optional, ada yang meminta. Karena itu, lebih baik siapkan dulu. SEKALI LAGI, ga usah minder berapapun skor kamu, kecuali ada nilai minimal. ONCE MORE : GAK USAH MINDER berapapun nilainya. Jadilah pasukan berani mati. Hehehe.

Kedua, ESSAY. Banyak aplikasi yang menyertakan pembuatan esai. Nah, saya sarankan jangan membuat esai sembarangan. Disini sebenarnya kemampuan writing, pengalaman, dan alur berpikir yang sedang diuji.

Ketiga, PASPOR. Buatlah paspor, meskipun belum tau kapan dan bisa keluar negeri atau tidak. Sekali membuat paspor, itu berarti Anda telah niat untuk keluar negeri. Ketika saya membuat paspor dulu, saya juga tidak tahu, kapan mau keluar negeri. Waktu ditanya petugas imigrasi, saya jawab saja “Pengen keluar negeri,Pak. Mungkin buat S2 nanti, atau gak tahu kapan. Jaga-jaga aja, dan masih rencana sih.” Saya pun ditertawakan oleh petugas tersebut. Tapi, saya emang pada dasarnya masa bodoh dengan pendapat orang lain. Jadi saya ga sakit hati. Hehehe. Buktinya bisa keluar negeri juga. Hehehe. Membuat paspor ini cukup mudah kok, kalau tidak salah 300ribuan IDR, apply online, sehari datang ke kantor imigrasi, selesai deh. Tinggal ambil paspor.
Kalau Anda berpikiran ga ada gunanya membuat paspor jika belum tahu kapan akan pergi, buanglah pikiran itu. Membuat paspor adalah tanda kalau Anda siap pergi ke luar negeri. Ada teman saya yang bahkan bersabar selama bertahun-tahun setelah membuat paspor hingga akhirnya bisa keluar negeri. Setiap kisah indah pasti punya cerita masing-masing 🙂

Keempat, CV. CV ini bisa diminta dalam berbagai macam bentuk. Ada yang memberikan bentuk bebas, ada yang pdf, poster, atau video. It deepends on the egilibility. Kalau bebas, silakan pilih yang menurut Anda bagus.

Kak, program exchange short dan long term itu bisa kemana saja?
KE SELURUH DUNIA! Iya, saya ulang, SELURUH DUNIA. Anda mau kemana saja ada. Bahkan mau ke antartika yang isinya es semua pun ada.   Tinggal pilih negara mana dan dalam rangka apa.

Kak, bayar atau gratisan?
Beberapa program ada yang gratis seluruhnya, parsial, atau bayar seluruhnya. Untuk semua program yang saya ikuti, saya mendapatkan beasiswa parsial. Untuk dua program di Thailand, fasilitas (makan, penginapan, biaya acara) gratis, dan hanya membayar airfare (pesawat) sendiri. Untuk program exchange, gratisannya hanya SPP atau tuition fee (jangan ditanya berapa ya. Pasti kaget deh. Di angka 2000-an USD. USD ya bukan IDR. hehe. Apalagi IDR nya lagi terjun bebas…) Untuk biaya hidupnya tanggung sendiri. Airfare nya juga tanggung sendiri.

Nah, untuk menutupi biaya ini, lalu harus gimana?
Anda kan mahasiswa (kalau mahasiswa, hehe), jadi harus mental mahasiswa dong. Cari duit! Bekal KTM aja udah cukup kok. hehe. Apply proposal ke banyak pihak, mulai kampus, alumni, hingga perusahaan. Alhamdulillah, untuk biaya yang gak gratis dalam program yang saya ikuti sudah ada yang cover. Memang, awalnya harus bayar sendiri beneran, tapi kan dapat penggantinya :’) Jadi hitungannya bisa FULL FUNDED. Kalau misalnya Anda merasa berat menanggung awalnya, cobalah untuk bicara pada orang tua Anda. Kalau orang tua Anda juga berat, coba cari utang dulu, siapa tahu bisa, tapi jangan lupa dilunasin ya :’) hiks. Teman saya ada kok yang ngutang sana sini demi bisa ikut program, tapi akhirnya tentu dapat fundings. Sebelum berutang, pastikan dulu ya funding nya dapat atau tidak. Kalau memang sudah dapat dan tinggal mencairkan dana, just do it. Hehe.
Kalau tanggal keberangkatan masih lama, misal beberapa bulan, boleh deh bikin usaha sendiri. Misal jualan di medsos, dll. Mahasiswa kan gudangnya kreatif. Hehehe. Yang penting harus kerja keras, cerdas, cadas, pedas! hehehe.

Kak, info program cari dimana?
Duh, masa gatau? GOOGLE lah. Makanya jangan FB an mulu, jangan IG an mulu, jangan PATH an mulu. Hehehe. Saya juga sih :’) Banyak banget infonya.

Kak, kok bisa terpilih exchange, tips nya apa?
Sebenarnya ya saya gatau bisa terpilih nya dinilai dari segi mana, dan kenapa. Bahasa Inggris saya standar kok, apalagi toefl saya enggak banget. hehe. IPK saya juga enggak banget. Pengalaman organisasi saya juga biasa aja. Semuanya standar. Cuma, beberapa poin yang sepertinya saya lakukan adalah:

Pertama, luruskan niat. Mau eksis? Mau liburan? Mau foto-foto aja? Pengen iseng check-in path di luar negeri? Udah, deh lupain impian kamu bisa keluar negeri kecuali emang liburan pake duit sendiri. Niatkan mencari ilmu, pengalaman, dan beberapa purpose pribadi atau organisasi yang jelas, misalnya membuat kerjasama antarnegara. Semuanya bergantung niat. Se-impossible apapun, niat yang baik pasti akan ditolong Yang Maha Penolong. Apalagi niat mencari ilmu. Seorang pencari ilmu, diatasnya dilindungi sayap-sayap malaikat. Itu hadist loh. Hadist favorit saya. Hehe. Mencari ilmu juga termasuk jihad. Jihad mah hari gini bukan ngebunuh nonmuslim. Itu mah bukan jihad. Apalagi bom bunuh diri. Aduh -_-. Yang bener aja.
Saya pernah, mau ke suatu negara, dengan niat mau eksis. Jadinya? Gagal total. Saya menuliskan ini bukan karena apa, tapi ini pengalaman saya sendiri. Hehehe. Jadinya, biar ga terulang lagi 🙂 Kalau ditanya ‘emang yakin kak, kakak keluar negerinya ga cuma buat eksis doang?.’ Kalau tujuannya begitu , saya gamau dong ke Thailand dua kali. Ngapain kan, eksis ke negara lain lah. Hehe.

Kedua, minta izin orang tua. Seberapa hebatnya kamu, tapi orang tua ga ridho, ga bakal berhasil. Percaya deh. Bahkan, saat orang tua kamu ga setuju di dalam hati pun, ga akan berhasil. Dulu, saya pernah mendaftar ke sebuah PTN di dekat ibukota, tapi ga berhasil. Saya yakin karena sebenarnya mama saya, di hatinya yang begitu dalam, masih belum mengizinkan saya tinggal jauh banget. Akhirnya saya kuliah di Surabaya. Kalau sekarang, jangan ditanya. Saya sudah disuruh cepat-cepat minggat ke Eropa (alhamdulillah udah minggat beneran sekarang ke Eropa, hehe).

Ketiga, berdoa. Saya percaya, setiap manusia punya jalan masing-masing menuju Tuhan kita masing-masing. Apapun agama Anda, berdoalah. Kalau Anda muslim, shalat tahajud. Ada pepatah ‘Anda belum sungguh-sungguh kalau tidak shalat tahajud’.

Keempat, percaya diri. Percaya kalau yang Anda lakukan itu akan berhasil.  Kalau dari awalnya Anda tidak percaya ya, jangan harap bisa berhasil.  Kalau itu rezeki Anda, pasti akan Anda dapatkan. Trust yourself, it works!

Kelima, sabar. Allah selalu tepat waktu, manusia aja yang suka kebelet dan  sering telat. hehe.

Kak, aku kan cewek. Aku keluar kota aja gak boleh. Gimana mau keluar negeri.
Mama saya juga pernah begitu kok. Tenang, saya kasih tipsnya. Pertama-tama, ubah pandangan Anda. Coba Anda balik posisinya, Anda yang jadi orang tua. Kalau Anda punya anak perempuan, diizinkan tidak? Apa yang bisa membuat Anda mengizinkan putri kesayangan Anda keluar negeri? Nah, lakukanlah hal tersebut.

Yang dulu saya lakukan pada orang tua saya, saya selalu terbuka pada mereka. Saya selalu menceritakan apapun hal tentang saya. Ya, APAPUN. Termasuk urusan cowok (Jangan heran ya, mama saya hafal loh semua teman-teman dan sahabat cowok saya). Tentu, saya menceritakan impian-impian saya pada orang tua. Tak hanya itu, tentu saja dengan contoh. Alhamdulillah, saya punya banyak kakak angkatan baik di organisasi ataupun di jurusan yang bisa saya contoh perjalanan hidupnya, juga prestasiya. Disitu, saya perlihatkan pada orang tua. Saya ceritakan kisah mereka, dan mencoba membuka sedikit-demi sedikit pintu hati mereka untuk mengizinkan saya keluar negeri dan hidup jauh dari mereka. Yakinkan kalau Anda akan baik-baik saja di luar sana, bisa jaga kesehatan dan jaga ibadah. Awalnya orang tua saya agak tidak yakin saya bisa (agaknya sih), dan saya merasa dapat tantangan.

Setiap kali saya apply keluar negeri, saya selalu cerita pada orang tua. Dimana, dan programnya apa. Biasanya pasti nanya, gratisan enggak. Soalnya orang tua saya bukan orang kaya. Hehe. Saya selalu berusaha dapat program yang gratisan atau partial funded. Meskipun bayarnya parsial, orang tua juga pasti mau membantu kok, yakin deh. Meskipun saya belum jadi orang tua, saya yakin untuk mereka, uang itu gak ada apa-apanya dibanding anak :’). Saya aja ngerasa begitu sama kucing saya, selalu saya belikan makanan paling mahal biar sehat dan gak sakit lagi. Apalagi orang tua kepada anak. Don’t ask!

Pertama kali saya dapat chance keluar negeri, saya agak takut-takut menyampaikannya. Saya tunggu momen yang pas. Eh, ternyata diizinkan. Langsung deh book tiket pesawat. Hehehe.

Chance kedua, “Kamu yakin mau ke Thailand lagi? Ngapain?” Saya jelasin deh kalau saya pengen dapetin ilmunya bukan jalan-jalannya. Saya berikan penjelasan secara detail pembahasan isu apa saja yang akan dibahas dan untungnya saya ikut program itu. Alhamdulillah diizinkan lagi.

Chance ketiga. “Istanbul? Apapun yang terjadi, berangkat!” Hehehe. Orangtua saya ga keberatan sama sekali karena selain Turki lebih aman, letaknya di Eropa, di negara yang mayoritas Muslim ini kehidupan akan lebih mudah. Mudah untuk ibadah, dan mudah dapet makanan halal. Hehe. Kalau sekarang, kayanya ga perlu minta izin lagi. Bahkan udah ditanyain…
Kapan kamu ke Perancis?
Kamu jadi mau ke kota apa di Perancis?
Perancis apa Inggris jadinya?
Inggris kayanya bagus pendidikannya, kamu ga mau nyoba?
Kapan sih kamu lulus S1? biar cepetan ke Eropa
Ga minat ke Jerman?
IP mu dijaga ya, biar bisa ke Eropa.
Kalau Aussie gimana?
Kamu ga tertarik ke Jepang?

Nah, kalau sudah setuju, lakukan deal. Misal janji untuk mengangkat telpon di jam bebas, janji langsung menghubungi kalau sudah berada di negara tujuan, dan janji oleh-oleh. Hehehe. Diturutin aja meskipun rada aneh oleh-olehnya. Mama saya aja nitip batu akik coba. -____- Sebelum balik ke tanah air saya harus ekplor Istanbul untuk menemukan toko batu akik -____- Itu PR utama saya. Hiks.

Alhamdulillah 🙂 Semoga orang tua Anda juga bisa mengerti kemauan Anda. Inshaa Allah bisa mengerti kok. Yuk, dicoba. Hehe. Jangan lupa ingat timing nya ya kalau mau bicara pada orang tua. Jangan disaat mereka lagi sibuk atau lagi marah :’) bisa-bisa dikutuk jadi batu kan serem 😥

Ada satu kalimat yang selalu saya ingat, Abi saya yang bilang, “Biar saja mama dan abi yang tidak melihat dunia, kamu harus melihat indahnya dunia.” :’)

Kak, ke luar negeri mulu tapi ko masih jomblo?
HA HA HA HA HA HA HA
Inshaa Allah, saya stay single until akad.
Seriously banyak banget yang nanyain ini sama saya. Kepo banget -_-

Kak, gimana sih caranya lancar ngomong bahasa Inggris?
Gemes banget deh kalo denger pertanyaan ini. Ribuan kali keselnya.
Kalo mau bisa naik sepeda ngapain? Tidur?
Kalo mau bisa matematika ngaian? Makan?
Kalo mau makan sup seafood ngapain? Mandi?
udah jelas kan gimana?

Latihan yang banyak!!!!!!! Saya latihan ngomong bahasa Inggris, setidaknya pede dengan bahasa Inggris saya, sejak kelas 5 SD. I don’t care what people say, I just have my own version. Kalo kata Mesut özil sih Only God can judge me. Kadang, kita harus belajar masa bodoh untuk hal-hal tertentu. Dulu, saya pernah dibilang ‘sok’ lah, ‘keminggris’ lah, ‘sombong’ lah, ‘gaya’ lah. Biasanya saya jadikan doa supaya saya lebih rajin belajar dan mungkin lewat kata-kata itu saya diuji sebelum bahasa Inggris saya jadi sempurna banget. Hehehe.
Pepatah bilang, “Biarkan mereka menertawakanmu kencang sekali hingga guntur tak terdengar. Lihat akhirnya, siapa yang tertawa dan menangis.”

Kak, biasanya kakak sekali program habis berapaan yang ditanggung sendiri, terus manage nya gimana?
Nah, itu bergantung sistem negara tujuan dan CURRENCY nya. Ketika saya di Thailand, tentu kurs nya ga jauh-jauh banget dari IDR, jadi ya wajar aja. Bahkan kadang pasar bisa jadi surga banget buat belanja karena hitungannya lebih murah dibanding beli di Indonesia.
Yang tidak ditanggung itu biaya pesawat PP (approx. 2juta IDR, dan uang makan di luar acara alias jajan, approx 500ribu IDR). Kalau mau ke negara ASEAN, ya tiketnya segituan, kecuali yang agak jauh dan bukan tujuan wisata. Kalau Bangkok, KL, Singapore, Phuket, kan emang tujuan wisata. Biasanya agak lebih mahal ke kota yang bukan tujuan wisata.

Tapi lain kasus kalau di Istanbul. Ga usah terlalu banyak di rupiahin deh kalau hidup di sini, bisa sakit jantung. Hiks. Tapi pasti dan harus tetep di manage. Kalau mau belanja liat-liat dulu. Ada tulisan 10, disebelahnya TL atau EUR. Disini ada yang nerima Euro juga, karena memang kawasan Eropa (meskipun belum resmi termasuk negara yang menggunakan mata uang EUR). Kalau 10 TL sih ya bisa beli, coba kalau bayar di kasir gataunya 10 EUR. Bisa habis duit makan sebulan :’) Kalau manage di Istanbul, saya belum begitu manage soalnya masih me-range banyak kebutuhan wajib (keharusan yang wajib dipenuhi pemegang visa pelajar seperti mengurus surat ini itu yang butuh biaya juga, yang sekarang diperketat pasca banyaknya refugee yang berusaha masuk Turki).

Kak, makanan nya selama di luar negeri gimana?
I have no problem with Thai dishes (hati-hati dengan makanan yang tidak halal ya) , but Turkish is kinda problem for me. Kalau orang Indonesia ‘ga makan nasi = ga makan’, orang Turki itu ‘ga makan roti = ga makan’. Makanan nya juga hambar. Saya sendiri masih beradaptasi. Kalau Anda punya penyakit gastritis atau magh, selalu sedia obat pribadi yang cukup, khususnya kalau ada banyak selisih waktu antara Indonesia dan negara tujuan. Saya sudah merasakan sakitnya lambung saat mengubah jam makan 😥

Kalau negara tujuan bukan negara yang mayoritas penduduknya muslim, hati-hati. Cari yang halal, biasanya ada sertifikat dan tanda yang dipajang di bungkus atau di depan toko. Kalau misal terdampar di antah-berantah yang susah banget cari makanan halal dan adanya makanan yang tidak mengandung babi sih, berdoa saja, semoga halal, meskipun belum tentu. Kalau di Eropa, semua makanan ada babinya, coba ke toko vegetarian. Di Eropa sih banyaknya (menurut buku-buku yang saya baca) toko kosher (halal versi yahudi), katanya orang yahudi ga makan babi. Tapi, gatau sih ya, mending yang aman-aman aja. Saya yakin di Eropa sudah banyak menjamur makanan Turki. Hehehe.

Kak, kalau gagal apa yang harus aku lakuin?
Gagal itu sakit, sedih, dan galau banget. Tapi, kalau saya sih, bukan Shatila kalau nyerah. Hehehe.

Saya pernah gagal. Berkali-kali saya gagal. Tapi, saya tidak pernah takut dan tidak pernah lelah buat mencoba lagi dan lagi. Buat saya, ga ada seorang pun di dunia ini yang bisa menghalangi saya untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. Agak keras kepala memang, tapi kalo gak keras kepala, kapan berhasilnya? Hehehe.

Gagal itu ujian buat kita. Lah, Nabi Muhammad saw. yang notabene manusia kesayangan Allah yang supersempurna aja pernah diuji apalagi kita yang dosanya banyak ini 😥 Allah cuma pengen liat kok, sejauh mana kesungguhan kita, keinginan kita. Sejauh mana kerja keras kita. Jangan pernah berburuk sangka padaNya, karena Dia selalu memberikan yang terbaik untuk kita :’).
Emang, kita harus sabar. harus super duper sabar. Hasilnya nikmat kok. Hehehe.

Sekedar share saja, saya pernah mengalami perubahan roda kehidupan. Dari berada di posisi atas, tiba-tiba di posisi bawah. Pernah. Cuma mungkin saya kelihatannya saja bahagia. Kelihatannya saja galauin hal gak penting, tapi itu cuma kamuflase hal yang sesungguhnya saya perjuangkan. Hehehe. Nah, ketika diuji, saya mencoba untuk berpikiran positif. Mengeluh itu biasanya, namanya manusia, tapi cepat bangkit. Cepat berdiri. Cepat berusaha lagi. Waktu terus bergerak, cepat bergerak, jangan sampai dikalahkan rasa putus asa.

Kak, ada saran untuk Essay dan CV bikinnya gimana?
Untuk bikin essay, bikin yang bener-bener bagus dan keliatan kalau ‘niat’. Kalau saya, selalu membuat kerangka dulu, baru saya ketik. Sebelum dan pada saat membuat rangka tersebut saya harus menguasai topik program, tujuan program, tema esai, permintaan esai, dan studi literatur. Studi literatur itu BUKAN MENYALIN LOH YA, tapi membuka wawasan dan memancing opini pribadi kita. Kita boleh nyalin menjadi serupa quote tapi DISERTAKAN PENULIS DAN TAHUNNYA. Untuk info, kalau malas baca buku, baca jurnal ilmiah yang sudah ditulis lewat scholar.google.com. Disana ada semua, mulai jurnal sains hingga sosial. Ada yang gratisan ada yang bayar. Baca yang gratisan udah kenyang banget kok otaknya, hehehe.
Esainya bahasa apa? Ya ga mungkin lah bahasa Indonesia. Pasti bahasa Inggris. Ga usah ngeluh. Bersyukurlah bahasa Inggris, kalau bahasa Jerman? Bahasa Jepang? Bahasa Mandarin? Bahasa Arab? -____-
Kalau pengen lebih bagus lagi tulisannya, silakan rajin membaca bahasa Inggris. Yang suka baca komik, baca komik bahasa Inggris. Yang suka baca novel, baca yang bahasa Inggris. Saya selalu mengasah kemampuan reading dan writing saya lewat membaca novel dan menulis cerita bahasa Inggris (yang pernah baca, maapin yak kalo grammar masih amburadul, hehe). Saya sekarang mulai mengalihkan koleksi novel saya jadi bahasa Inggris (kecuali yang pengarangnya asli Indonesia, hehe). Kalau pengen nyoba baca buku bahasa Inggris, coba cari di perpustakaan kampus Anda, pasti ada kok. Atau kalau mau beli, di toko buku Gramed** atau Peripl** atau online juga bisa. Kalau pertama kali baca, saya sarankan baca novel pop ya, jangan yang klasik :v hehe.
Kalau mau pinjem ke saya, jujur saja saya pelit banget kalau disuruh minjemin buku. hehe. Saya book freak. Saya bisa habis jutaan sekali beli buku. Jangan ajak saya ke toko buku. Pasti lama nunggunya. Kalau minjemin, ada buku koleksi saya yang lecet setelah dipinjem, pasti ga akan saya kasih pinjem buku lagi. Kalau saya mau minjemin buku, saya harus kenal tahunan dengan orang itu. Hehehhee. Untuk saat ini cuma ada satu orang yang saya percaya pegang buku saya: Putri Ulfa Kamalia. Soalnya doi pecinta buku juga dan sahabat saya sejak kecil. Hehe. Jangan dicontoh ya kalau yang ini. hehe. Peace!

Nah, kalau CV ini, saya ga pernah bikin sembarangan CV. Kebetulan, di organisasi saya di BEM ITS, saya dapat pendidikan desain selama dua tahun oleh guru besar desain saya, Ian Wihdan Arrijal, ST. Saya sudah kenyang poster saya dikatain sampah visual, mungkin hingga sekarang. Tapi, mungkin itu yang bikin saya lebih giat belajar dan lebih rajin untuk berpikir kreatif. Hehehe. Kalau pengen tau contoh CV yang saya buat, silakan PM 🙂

Sebenarnya motivasi dan keinginan keras kakak apa sih yang bisa bikin kakak terus move forward?
1. Pengen bikin orang tua saya bangga
2, Pengalaman hidup
3. Tujuan pribadi, saya punya 4 proyek pribadi. Satu untuk Bangkalan, tempat saya lahir. Satu untuk negara saya. Satu untuk anak muda Indonesia. Satu untuk saya sendiri. Ada yang jangka pendek juga jangka panjang 🙂
4. Seseorang yang selalu saya jadikan acuan untuk menggapai mimpi. Sepertinya Allah membuat saya jatuh cinta dulu dan ga berhenti-berhenti cinta sebelum saya move forward kali ya. Hehe. Motivasi bisa datang dari mana saja kan. Semoga jadi pahala sendiri buat mas-nya. hehehe. Aamiin. Miss you mz #eh #salah #lupakan

5. The most important. Jihad dengan mencari ilmu 🙂 Sekaligus liat dan merasakan menjadi muslim di negara orang.

Okay. Done. Hehehe.
Selesai ya. I give my promise. Semoga dengan membaca cerita saya, kalian semua jadi terinspirasi, termotivasi, dan bisa #travelingwithpurpose juga. Ingat, luruskan niat 🙂 hehehe.
Jangan lupa juga, kalau berhasil, Anda jadi wakil INDONESIA, bukan diri Anda sendiri. jadilah delegasi yang baik, jangan malu-maluin negara. Hehehe. Meskipun nanti Anda satu manusia, Anda akan dijadikan acuan orang-orang untuk menilai seperti apa karakter ratusan juta orang Indonesia lainnya. Jadilah orang yang baik.

Kalau Anda muslim, jadilah muslim yang baik. Berikan pengenalan ‘muslim yang sebenarnya’. Banyak di negara-negara nonmuslim yang berpikiran kalau orang muslim itu teroris. SHOW them that we are not terrorists! SHOW, then tell if they asked. Kalau ada yang minta izin ngelihat kalian shalat, atau melihat ditunjukkan Al-Quran, tunjukkan saja, asalkan tidak menggangu ya. Kebanyakan mereka bahkan akan kagum pada Islam kalau tahu keindahan Islam yang sebenarnya, trust me!

Mulai dengan senyum, ramah, peduli, asik, ajak ngobrol, jangan lupa kasih souvenir khas Indonesia sebelum berpisah di akhir program. Beli di Indo murah kok. Ada suling kecil harganya 1000 IDR. Ga usah beli yang mahal-mahal, yang Indonesia banget aja. Pasti berkesan kok.

Then… semoga apa yang saya tulis ini bermanfaat ya :’)
Jangan lupa untuk terus semangat mengejar mimpi-mimpi Anda!

Sampai jumpa di suatu tempat, yang mungkin tidak pernah kita pikirkan sebelumnya untuk bertemu, yang sangat jauh dari Indonesia, yang harus naik pesawat terbang untuk menggapainya, yang bahasanya berbeda sekali, yang mata uangnya berbeda.

Di penghujung musim panas yang mulai dihiasi udara sejuk musim gugur.
Istanbul, 8 Maret 2015,
Shatila Algaff.

Quote

karena pada akhirnya,
aku hanya menempatkan diriku sebagai seorang musafir yang rindu pada pemilikku
karena pada akhirnya,
aku membiarkan mereka dengan segala prasangkanya
karena pada akhirnya,
aku akan melihat diriku sebagai seorang yang sunyi