Ini Bedanya Bani Israil, Yahudi dan Zionis

edgarhamas:

@edgarhamas

Bani Israil

Adalah istilah untuk anak keturunan Nabi Yakub alaihissalam. “Israil” sendiri adalah nama lain dari Nabi Yakub. Itulah mengapa di Al Qur’an, Bani Israil mendapat tempatnya yang baik. Dari keturunan Israil jugalah banyak sekali Nabi dan Rasul yang diutus untuk bangsanya. Namun mereka malah mendustakannya.

Yahudi

Istilah ini baru muncul ribuan tahun setelah Nabi Musa wafat. Yahudi dinisbatkan pada anak keempat nabi Yakub, Yahudza. Sepeninggal Nabi Sulaiman yang telah membangun kerajaan yang megah dan luas, beriman dan bertaqwa kepada Allah, Bani Israil kemudian terpecah jadi dua negara -Kerajaan Israil yang shalih dan kerajaan Yahuda yang menyimpang. Nah, anak-anak Yahudza itulah yang mendirikan kerajaan Yahuda dengan melakukan banyak penyimpangan. Merekalah yang Allah burukkan dalam firman-Nya.

Zionis

Adalah gerakan internasional untuk membawa seluruh Yahudi di muka bumi menuju Baitul Maqdis dan mendirikan Haikal Sulaiman -tentu dengan cara menghancurkan Masjid suci Al Aqsha- disana. Semua orang zionis adalah yahudi. Tapi tidak semua yahudi adalah zionis.

edgarhamas:

‘Sejarah Islam Indonesia’ Adalah ‘Sejarah Indonesia’

@edgarhamas

(disampaikan dalam Diskusi Online bersama Komunitas Literasi IPB)

Indonesia itu unik, dan ajaib. Begitu kata saudara-saudara kita di Arab sana.

Bayangkan, bagaimana mungkin sebuah bangsa raksasa dengan bahasa yang berbeda-beda, bisa bersatu dalam sebuah tatanan politik yang padu. Sedangkan di waktu yang sama, bangsa Arab yang megah sejarahnya itu, 300 juta penutur bahasanya, nyaris sama wajah dan tabiatnya, malah berpisah menjadi 25 negara.

Maka jawabannya adalah; ada satu kekuatan yang membuat Indonesia bisa meleburkan sekat kedaerahannya menjadi satu kapal raksasa. Kekuatan besar itu adalah Islam. Islam, yang “jika kecil memberi harmoni, jika besar akan melindungi”, saripati dari perkataan Almarhum Natsir. Bagaimana mungkin 18 ribu pulau, 360 bahasa, terpisah oleh lautan pula, dapat menjadi Indonesia. Maka Soekarno akan menjawab, “sebab nasib kita sama; sama-sama terjajah.” Namun izinkan sejarah menjawab, “sebab semangat kita sama; keislaman.”

Dalam ruang berkah di waktu berkah kali ini, saya tidak akan mengulas sebagaimana Profesor Mansur Suryanegara mengulas Api Sejarah. Silahkan sahabat semuanya membaca sendiri. Buku beliau yang merupakan ‘magnum opus’-nya, memiliki bahasa yang mudah dicerna, bahkan banyak terulang diksi dan pembahasannya, yang kemudian menguatkan ingatan kita tentang ilmu-ilmu di dalamnya.

Saya akan membawa diri saya sendiri dan rekan semuanya menaiki tiga tangga untuk memperoleh pemahaman baru terhadap sejarah Islam, yang dalam tema kajiannya berjudul “Sejarah Politik Islam.” Apa bedanya? Sejarah Politik Islam Indonesia itu hanyalah bagian dari Sejarah Islam Indonesia. Untuk membahas tema yang lebih kecil, kita harus naik dulu ke tema yang lebih umum.

Tangga Pertama adalah; Umat Islam Nusantara, The Global Player

Tangga kedua; Membenahi Pemahaman, Mengapa Eropa Datang ke Indonesia

Tangga Ketiga; Saatnya Mengambil Estafet

Tangga Pertama; Umat Islam Nusantara, The Global Player

Ketika diminta oleh Mas Arief untuk menjelaskan sejarah politik Islam di Indonesia, saya sedikit menyanggah dan menjawab; saya tidak ahli betul dalam sejarah politik Indonesia. Namun mas Arief meyakinkan, dan memberi saya sinyal; bahwa yang menjadi tujuan utama diskusi kita hari ini adalah; terbitnya sudut pandang baru terhadap pemahaman sejarah umat kita, baik di Indonesia, maupun di dunia.

Nah, maka saksikanlah, umat Islam di Nusantara adalah aktor percaturan global di langit sejarah. Sebutlah NU, organisasi masyarakat terbesar di Asia Tenggara. Jika dipahami dengan baik, Nahdhatul Ulama ini sejatinya merupakan tenaga besar yang akan menggerakkan generator kekuatan muslimin di Asia Tenggara, sangat cukup untuk menyentil bahkan meneplak tingkah Myanmar dan Thailand agar tak lancang di kawasan.

Jauh sebelum itu, Kerajaan-kerajaan islam di Indonsia sendiri, hadir ketika umat Islam dipimpin oleh Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Istanbul. Ada banyak sekali dokumen yang menggambarkan kepada kita hubungan diplomatik Nusantara-Utsmani, terutama kesultanan Aceh dengan Khilafah Utsmani di sana.

“Rakyat umumnya di Nusantara, melihat Istanbul senantiasa sebagaimana kedudukan seorang raja semua orang mukmin dan tetap dipandang raja dari segala raja di dunia”

(Deliar Noer, mengutip dari catatan Snouck Hurgronje)

Saat itu dunia tahu, bahwa Kekhilafahan Utsmani adalah super power yang benar-benar riil, seperti hari ini kita melilhat Amerika Serikat atau Uni Eropa. Dalam tulisannya, Jihad Turbani (seorang Jurnalis Palestina) mengemukakan,

“Di zaman pemerintahan Sultan Sulaiman Al Qanuni, muslimin India meminta pertolongannya mengusir Portugis, di saat yang sama pula muslimin dari kerajaan Aceh meminta bantuan angkatan lautnya untuk menghadapi penyerangan Portugis. Kekhalifahan Utsmani menjadi perisai Umat Islam di Asia, Afrika, dan Eropa dalam satu waktu.”

Di Makkah pun, ada banyak masayikh dan Ulama yang mengajar penuntut ilmu berasal dari Indonesia. Diantaranya Syaikh Junaid Al Batawi, Syaikh Nawawi Al Bantani (yang belakangan diketahui bahwa belau adalah inisiator perang Gerilya, dan bahkan bukunya menjadi kurikulum bagi pasukan AS), lalu Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi rahimahumullah.

Di Al Azhar, sejak tahun 1800, sudah mulai ada ruwaq (serambi belajar) di sekeliling Masjid Al Azhar yang dinamai ruwaq Jawi. Menandakan intelektual Muslim menjadi generator bagi rakyat Indonesia ketika Belanda menjajah. Pak Andi Fakhir, mantan Dubes Indonesia untuk Mesir pernah berkata, “khazanah perjuangan di Indonesia diisi oleh poros Leiden Belanda dan poros Kairo Mesir.”

Kesimpulan dari Tangga Pertama;

Jika gambaran sejarahnya saja sudah sedemikian detail, itu pasti ditopang oleh kekuatan politik Islam yang sangat kuat dan sistematis. Contohnya saja,

Bahasa pengantar kerajaan-kerajaan di Indonesia adalah bahasa Arab. Tulisannya adalah; bahasa arab. Anak-anak sultan yang akan jadi raja, harus melewati proses belajar dulu, salah satunya mengetahui wawasan umat Islam sedunia. Apa caranya; Haji. Dan proses menuju haji itu adalah dua tahun

(dari buku Perang Sabil VS Perang Salib, Abdul Qadir Jailani. Pustaka Pengkajian Islam Madinah Al Munawwarah)

Tangga Kedua; Membenahi Pemahaman, Mengapa Eropa Datang ke Indonesia

Saya akan mengawali pembahasan ini dengan sebuah fakta; bahwa datangnya Portugis, Belanda, Spanyol dan Inggris ke Indonesia dilaksanakan kira-kira di Abad 15 akhir, yakni ketika peradaban Islam di Andalusia runtuh, dan sezaman dengan terebutnya Istanbul dari tangan orang Kristen Ortodoks yang juga menandai kehancuran Romawi timur (Byzantium)

Mengapa Eropa datang ke Indonesia? Buku sejarah kita akan menjawab; mencari rempah-rempah. Sungguh itu jawaban yang memang benar, tapi bukan itu hakikat sebenarnya.

Ini sangat berkaitan dengan politik Internasional yang sedang memanas di dunia saat itu, antara kerajaan-kerajaan Eropa yang selalu kalah di medan perang negerinya sendiri, kekuatan Utsmani yang makin lama makin kokoh apalagi setelah Konstantinopel direbut oleh Sultan Muhammad Al Fatih, hingga kepemimpinan Sultan Sulaiman Al Qanuni.

Sementara di Indonesia, saat itu, telah terbentang kerajaan-kerajaan hebat yang memiliki pengaruh politik yang kuat. Nusantara adalah wilayah dunia yang sangat strategis; tempat bertemunya saudagar Arab muslim, pedagang Cina, bangsawan India, dan enterpreneur pribumi sendiri.

Apa yang Eropa khawatirkan?

Mereka khawatir jika kekuatan politik kerajaan-kerajaan muslim yang berhubungan dengan Utsmani akan menjadi “The Second Andalusia.” Bahkan ada penulis Jerman, saya lupa namanya, menulis khusus tentang Indonesia, yang dikhawatirkan menjadi Andalusia kedua bagi umat Islam. Sebab peluang nusantara untuk sekaya dan semakmur Andalusia sangat besar.

Itulah mengapa, ketika d’Albuquerque –panglima Potugis- datang pertama kali ke Indonesia, ia berkata pada pasukannya, “jasa yang akan kita berikan pada tuhan dengan mengusir orang Islam dari negeri ini, adalah memadamkan api agama Muhammad, sehingga api itu tidak akan menyebar lagi sesudah ini, saya yakin itu. Jika kita rampas kekayaan mereka, niscaya Makkah dan Kairo akan ikut hancur.” (Hamid Algadri; Snouck Hurgronje, Politik Belanda Terhadap Islam dan Arab, 1984)

Dari tangga kedua ini, lagi-lagi kita menyimpulkan;

Walaupun kerajaan-kerajaan muslim terpisah antar wilayah di Indonesia, namun kekuatan masing-masing kerajaan sangat membuat gentar negara-negara katolik (Portugis dan Spanyol) dan protestan (Belanda dan Inggris). Sebagai contoh, satu kekuatan yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin di Makassar, berhasil menyaingi kekuatan laut portugis di laut Jawa.

Tangga Ketiga; Saatnya Mengambil Estafet

Saya tidak bisa bicara banyak tentang apa yang terjadi setelah belanda melebarkan cakarnya di segenap Nusantara, sebab itu sudah terlalu banyak yang membahas, dan buku juga sudah banyak dicetak. Di tangga ketiga ini, alangkah indahnya jika kita mempelajari betapa hebatnya kekuatan politik umat Islam setelah kerajaan-kerajaan jatuh oleh Belanda.

Sjarikat Islam adalah bukti terbesarnya. Bayangkan ketika belum ada telepon genggam atau broadcast bbm, 1,3 juta pengurus Syarikat Islam begitu disiplin melaksanakan konferensi di kota masing-masing dalam satu waktu! Sjarikat Islam yang dipimpin Tjokroaminoto, bahkan mengurus haji, mengurus zakat dan pembagian uang baitul mal. Sekilas namanya hanya “syarikat”, namun sesungguhnya yang dilakukan Tjokro dengan SI-nya adalah megerjakan fungsi pemerintahan. Itulah mengapa Belanda menggelari Tjokro dengan sebutan “Raja Jawa tanpa Mahkota.”

Muhammadiyah juga merupakan terobosan yang melampaui zaman. Aksi Ahmad Dahlan bukan saja memengaruhi segenap warga Yogyakarta. Beliau telah merintis, sejatinya, sistem pendidikan Islam Terpadu pertama di bumi Nusantara. Hanya dengan 7 ayat Al Maun sebagai basis gerakan, KH Ahmad Dahlan membangun Muhammadiyah dan seakan-akan hari ini ia seperti kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pendidikan dalam satu waktu!

Masih banyak lagi tentang hakikat sejarah politik di Indonesia. Saya takut keluar dari tema. Namun saya yakinkan pada teman-teman, semua pembahasan ini adalah tentang sejarah politik Islam di Indonesia; mulai dari kerajaan-kerajaannya yang bersingungan langsung dengan pemain politik internasional, kedatangan Eropa yang bermaksud mengguncang stabilitas politik islam di nusantara, hingga terbitnya ide-ide jenius SI, Muhammadiyah, Masjumi, NU yang melampaui zaman.

Kesimpulannya; sehebat-hebat apapun musuh Islam ingin mengancurkan sendi-sendi peradadaban Islam, umat ini akan selalu mendapatkan momentumnya untuk bangkit. Sebab umat ini memang bisa saja sakit, namun umat ini tidak pernah mati.

Quote

“Kamu muslim Indonesia, kan? Yang kemarin berkumpul di pusat ibukota negara dengan semangat membela Al Quran?”, tanya seorang kawan dari Turki.

“Kamu muslim Indonesia, kan? Yang Jumat kemarin barusaja menorehkan sejarah shalat Jumat terbesar di dunia?”, takjub salah satu jamaah Masjid dari Somalia.

“Kamu muslim Indonesia, kan? Yang semangat umat Islam di negerimu begitu berkobar untuk membela Al Quran?”, kata tetangga Kazakhstan.

“Kamu muslim Indonesia, kan? Bagaimana keadaan pemimpin ibukota kalian, apakah dia sudah menerima hukum semestinya?” Tanya kawan Malaysia.

“Kamu muslim Indonesia, kan? Berapa jumlahmu? Aku yakin masa depan dunia Islam akan menjadi proyek besarmu”, salut kawan Nigeria.

“Kamu muslim Indonesia, kan? Ahsanunnas, manusia paling baik, sampaikan salam kami untuk saudara muslim kami di Jakarta”, sahut paman penjaga fotokopi di Mesir.

“Kamu muslim Indonesia, kan? Aku lihat di Al Jazeera takjub. Aku kira kalian tak bergeming, ternyata kalian gagah”, puji seorang Guru di Mesir.

“Ya, kami muslim, muslim Indonesia yang ingin mengambil peran bagi sejarah, layaknya engkau sekalian muslimin Arab, Turki dan bangsa lainnya”, jawab kami dalam hati saja.

Semoga aksi Bela Islam III #SuperDamai212 jadi titik sejarah kami untuk memulai sebuah awal yang baru beraksi demi Umat Islam sedunia.

@edgarhamas (via

edgarhamas

)

Sebagaimana tahun lalu kami telah bersatu karena ulah satu lidah, sekarang kami kembali bersatu bahkan dari penjuru dunia karena ulah satu kepala. Mereka mengira sedang menghadapi umat ringkih bak ranting kering di tepi jalan.

Padahal sesungguhnya mereka sedang membangunkan singa gagah dari kasur sakitnya, dari kandang persembunyiannya.

Umat ini tidak akan mencederai jika semua saling menjaga dan menghormati, bahkan kami jadi simbol bahwa perdamaian di muka bumi pernah benar-benar ada, tak seperti sekarang yang mengada-ada.

Namun jika simbol suci milik kami dinodai, mereka sedang berhadapan dengan pasukan badar, penghancur pasukan salib, dan peruntuh kebrutalan Mongol.

(via edgarhamas)

edgarhamas:

Cekat, bukan Sekadar Cepat

“Kecepatan gerak adalah kunci dari pembebasan, seluruh sumber daya yang kita miliki harus dikumpulkan secara cepat, diorganisir dengan tepat, agar bisa memberikan pukulan mematikan bagi musuh!”

–Sultan Muhammad Al-Fatih

Saat itu, medio tahun 1451, Muhammad bin Murad, Sultan Dinasti Utsmani bertolak dari Ibukota Utsmani di Asia; Bursa, menuju ibukota kerajaan Islam Utsmani di Eropa, Edirne –yang sebelumnya bernama Adrianopel. Ia baru saja menerima amanah menjadi Sultan bagi Kesultanan Utsmani yang besar meraksasa. Tahun-tahun itu akan jadi pekerjaan besar baginya, karena mimpi besar kaum muslimin selama 860 tahun akan ia laksanakan; menaklukkan Konstantinopel.

Saat itu, kekuasaan Kekhalifahan Utsmani mencakup wilayah raksasa yang membentang dari Anatolia di kawasan Asia, dan berujung di Kawasan Balkan Benua Eropa, sedangkan di tengah-tengahnya ada Kota Konstantinopel yang saat itu belum bisa sedikitpun ditembus. Dua benua dalam satu kuasa, bukan hal yang mudah, kawan. Setiap orang yang ingin menyebrang dari Bursa menuju Edirne di Eropa, harus melewati lautan luas Selat Dardanela, dan sayangnya lautan itu dalam kekuasaan Orang-orang Italia. Seperti biasa, cara itu mereka lakukan untuk membenamkan kekuasaan Muslim di tanah Eropa.

Termasuk Sultan sendiri. Saat hendak menyeberang, di tengah perjalanan kapan Sultan Muhammad dihadang kapal-kapal perang Italia, hal itu membuat beliau terpaksa menyebrang dari Selat Bosporus yang memakan waktu lebih lama dibanding jika menyeberang lewat Selat Dardanela. Maka dari itu, beliau memasukkan masalah ini dalam daftar teratas dari deretan masalah yang harus diselesaikan sepeninggal ayahnya, Sultan Murad II.

Di tengah perjalanan melalui Selat Bosporus, Sultan Muhammad melihat benteng peninggalan leluhurnya, Sultan Bayazid. Namanya Anadolu Hisari. Benteng di bibir Bosporus bagian Asia yang gagah setinggi 25 meter ini dibangun 1393-1394 oleh Bayazid I. Selat Bosphorus nampak membelah Asia dan Eropa, sementara Anadolu Hisari berada di bagian Asia. Jika hanya ada satu benteng saja, dan itu berada di Asia, maka fungsinya tak akan signifikan. Harus ada sebuah benteng baru dan kuat yang dibangun di Eropa berhadapan lurus dengan Anadolu Hisari, agar penyebrangan dari Asia ke Eropa berjalan lancar dan aman.

Juga, selama ini, Orang-orang Venesia dan Genoa banyak mengekspor senjata, makanan, mesiu, dan beberapa logistik perang lainnya ke Konstantinopel lewat Selat Bosporus. Maka, jika ada benteng baru dibangun di kawasan Eropa, berhadapan langsung dengan Anadolu Hisari di Asia, suplai makanan dan senjata dari Genoa dan Venesia akan tersumbat. Ibarat nadi, maka dua benteng itu menjadi pemutusnya, memutus secara total.

Satu hal yang Sultan Muhammad pikirkan; bagaimana membuat benteng itu, sementara letaknya ada di kawasan Utsmani bagian Eropa?, musuh bisa menyerang kapan saja, apalagi jaraknya ke Konstantinopel tidaklah jauh. Sangat beresiko jika membuat benteng itu dengan perkiraan waktu yang biasa saja. Tapi jika tidak dilaksanakan, masalah ini akan makin runcing dan berujung semakin kuatnya Konstantinopel walaupun diserang ribuan kali. Harus ada solusi besar agar proyek besar ini terlaksana.

Akhirnya, dalam perjalanan itu Sultan Muhammad memutuskan akan tetap membuat Benteng megah itu, di Eropa. Proyek besar itu, jika berhasil akan memengaruhi banyak hal; akan menambah izzah Kaum Muslimin, akan menghambat Suplai makanan dan Logistik Perang dari Laut Hitam ke Konstantinopel, dan yang paling dinanti-nanti; akan menjadi markas besar pasukan Utsmani meluncurkan serangan ke Konstantinopel. Satu syaratnya; Cekatan! Harus Cepat dan tepat. Jika hanya mengandalkan cepat saja, memang bisa jadi benteng itu bisa berdiri, namun mudah roboh tak kokoh pasaknya.

Cepat dan tepat. Sesampainya beliau ke Edirne –Ibukota Kesultanan Utsmani di Eropa-, dikumpulkanlah para Arsitek, Ahli Bangunan, Geografer, Geolog dan Para Ahli Militer. Sampai-sampai beliau mengundang Arsitek Italia yang non-muslim untuk merencanakan pembangunan Benteng ini, secepatnya, setepatnya.

Beliau tak hanya sekedar mengumpulkan. Bahkan rancangan kasar benteng telah dibuatnya sendiri jauh-jauh hari. Didatangkan olehnya berbagai bahan bangunan, mulai dari tembaga, kapur, besi, timah, dan beton terbaik dari penjuru negeri Utsmani. Diumumkannya proyek besar ini ke seluruh sudut negeri, mengutus duta-duta dan utusan untuk mengabarkan kaum muslimin bahwa Sultan akan membuat benteng kokoh di hadapan Anadolu Hisari. Sesegera mungkin beliau kumpulkan para pekerja cekatan dan seluruh ahli bangunan.

Cepat dan Tepat. Pada awal 1452, telah terkumpul banyak bahan bangunan dan 5000 pekerja ahli dari saentero negeri di Edirne. Kabar ini begitu mengagetkan Kaisar Constantine XI di pusat Konstantinopel. Rakyat pun terbelalak dan takjub betapa ringkasnya gerakan Sultan dan betapa cepatnya segala keperluan dikumpulkan.

Kaisar Constantine tak membiarkan hal itu terjadi. Segera setelah itu, ia mengirimkan surat berisi ancaman agar Sultan Muhammad tak membuat benteng itu. Dilayangkannya juga pesan bahwa dahulu leluhurnya Sultan Bayazid pun sebelum membangun Anadolu Hisari meminta izin terlebih dahulu dari Kaisar.

Apa jawaban Sultan Muhammad? Ia menjawab surat itu dengan jawaban memukau, “Apapun yang ada di dalam Kota Konstantinopel yang dilindungi temboknya maka itu adalah miliknya, selebihnya dari tembok itu maka ia tidak memiliki apapun! Bila saya ingin membangun benteng di tempat itu maka Konstantinopel tidak dapat menghalangiku. Pergi dan katakan kepada Kaisar kalian hal ini, ‘Sultan yang sekarang memimpin tidaklah sama seperti sultan sebelumnya. Apapun yang tak dapat mereka capai, dapat dia capai dengan mudah dalam sekejap; dan segala sesuatu yang tidak mereka inginkan, dia akan lakukan. Orang berikutnya yang datang dengan tujuan seperti ini maka tidak akan pergi dalam keadaan hidup!’”

Cepat dan Tepat. Pada 15 April 1452, proyek besar itu dimulai. Sultan Muhammad langsung yang memimpinnya. Bersama para menteri dan pekerja terbaiknya, Benteng itu dibangun secepat mungkin. Sultan Muhammad mengkombinasikan antara hadiah dan hukuman dalam setiap waktu penyelesaian benteng, agar setiap pekerja termotivasi dan terpacu untuk memberikan kinerja terbaiknya. Beliau juga memasang target kapan dan bagaimana pekerja harus menyelesaikan bangunan benteng setiap harinya. Kepada Arsiteknya, Muslihuddin, Sultan merincikan dimana letak menara, bagaimana postur bangunan dan jarak masing-masing menara.

Kengerian. Kengerian melanda rakyat Konstantinopel ketika mereka melihat ke utara. Dari tiada menjadi bangunan raksasa. Mereka begitu ngeri sekaligus takjub, bagaimana mungkin Sultan Muhammad dan pekerjanya membangun Benteng besar dan gagah dengan kecepatan yang sulit ditandingi Arsitek dan pekerja manapun. Ya, kecepatan dan ketepatan itu membuat dunia merinding, seakan-akan Orang-orang Muslimin Turki tak punya rasa lelah.

Apakah pembangunan aman-aman saja? tidak, Constantine mengirim beberapa gerombolan pengacau dan kapal-kapal perang untuk menakut-nakuti kaum muslimin yang sedang melakukan konstruksi Benteng. Namun jauh sebelum itu Sultan Muhammad –dengan ketepatan taktiknya- telah membariskan armada lautnya di perairan Marmara dan juga membentuk garis penjagaan di Selat Dardanela hingga kapal-kapal Genoa dan Venesia pun sulit menembusnya.

Cepat dan Tepat. Kawan tahu kapan benteng besar ini selesai dibangun? Dengan penuh ketakjuban, Para Sejarawan menuliskan bahwa Benteng ini selesai dibangun pada tanggal 31 Agustus 1452. Apakah bentengnya kecil? Bailklah jika kau masih ragu, benteng ini berdiri di atas tanah seluas 31.250 meter persegi, dengan 3 menara utama yang tingginya kisaran 22-28 meter, disusul 14 menara penjaga dengan ketebalan dinding sekitar 5-7 meter! Dari 15 April 1452 sampai 31 Agustus 1452. Hanya 4 bulan 15 hari, benteng besar yang kata Sejarawan asal Yunani, Kristovoulos “lebih mirip kota kecil daripada benteng” itu selesai dibangun, mengalahkan kemegahan Anadolu Hisari buatan Sultan Bayazid dari 1393-1394 yang hanya punya beberapa menara setinggi 25 meter.

Dengan kecepatan memutuskan, kecepatan mengorganisir, kecepatan memaksimalkan waktu, dan ketepatan taktiknya, Sultan Muhammad telah membuat karya besar yang menggetarkan Eropa, terlebih bagi Konstantinopel. Benteng raksasa ini diberi nama Bogazkesen, artinya Pemotong Selat. Namun orang lebih mengenalnya dengan nama ‘Rumeli Hisari’ atau ‘Benteng Romawi’, karena benteng itu dibangun di wilayah yang dekat dengan Konstantinopel.

Wajar saja Sultan Muhammad pernah menuangkan prinsip kecekatannya pada pasukannya, dari salah satu orasinya, ”Kecepatan gerak adalah kunci dari pembebasan, seluruh sumber daya yang kita miliki harus dikumpulkan secara cepat, diorganisir dengan tepat, agar bisa memberikan pukulan mematikan bagi musuh!”

Semenjak benteng itu berdiri, saat itu pula kapal-kapal yang datang dari arah utara –laut hitam- dikenakan biaya tol ketika melewati Rumeli Hisari di kanannya dan Anadolu Hisari di kirinya. JIka kapal-kapal itu bersikeras tak mau membayar pajak, maka di setiap menara penjaga telah terpasang meriam besar yang dapat menembakkan peluru seberat 300 kilogram. Siap membabat lambung kapal sampai terserak di lautan. Hal ini dilakukan untuk memutus suplai senjata dan peralatan perang hingga Konstantinopel siap untu dibebaskan dari cengkraman Byzantium.

Cepat dan tepat. Itulah sifat yang sampai hari ini menjadi cirikhas dari Sultan Muhammad Al-Fatih, yang pada tanggal 29 Mei 1453 berhasil membebaskan Kota Konstantinopel setelah mengepungnya 57 hari lamanya. Beliau bukanlah sekadar Agents Of Change, lebih dari itu, beliau adalah Producer Of Change, Yang memproduksi aneka perubahan besar di waktu mudanya hingga wafatnya. Ya, kecepatan dan ketepatan adalah hal mutlak bagi Penggagas Perubahan.

Cepat. Cepat menerka kejadian, cepat mengalisa keadaan, dan cepat mengambil tindakan. Ada kisah seorang Da’i yang ditugaskan berdakwah di pelosok Papua. Pertama-tama ia mengajak masyarakatnya dengan cara yang biasa saja, memanggil untuk sholat, mengajak untuk masuk Islam, mengenalkan cara berpakaian yang baik, dan cara-cara lainnya yang biasa. Namun hal yang terjadi sungguh diluar perkiraannya. Masyarakat yang berpakaian saja masih menggunakan –maaf- koteka malah mengancam akan membunuhnya dan membakarnya hingga tak ada sisa.

Semakin Da’I itu mengajak salah satu masyarakat disana untuk masuk Islam, mereka makin marah, mengancam kehidupannya dan menuduhnya yang bukan-bukan. Nah, Da’i ini Alhamdulillah tidak terlambat untuk menerka keadaan sebenarnya. Ia mulai menganalisa masyarakat pedalaman Papua ini, melihatnya semakin dalam. Dan itu tak bisa dengan gayanya sekarang.

Kecepatan dan ketepatan. Da’i itu –dengan ketepatannya- berusaha membiasakan dirinya terlebih dahulu dengan masyarakat sekitar, dengan cara : berpakaian seperti mereka. Makan seperti mereka, dan berbudaya seperti mereka, tanpa menyimpang dari Syariat. Bagiamana lagi?, memang begitu konsekuensinya. Jika tidak menyadari hal itu dari awal, mungkin sudah jadi abu badannya.

Hari demi hari dilaluinya semakin terbiasa. Kini ia bisa berdialog dengan beberapa anggota masyarakat di pedalaman Papua itu, namun jika terus begini, ia akan tertahan disini tanpa ada hasil apa-apa. Langkah selanjutnya adalah; bagaiamana agar masyarakat masuk Islam, tanpa harus ada pertumpahan darah. Cepat dan tepat, maka ia cari sebab-sebab kepada apa masyarakat taat, di saat bagaimana masyarakat mudah menerima perkataan, dan kepada siapa mereka mengadukan masalah mereka.

Kepala Suku; itu jawabannya. Sang Da’i, masih dengan pakaiannya yang menyerupai penduduk asli walaupun tak sama, dengan berbekal kecepatannya belajar beberapa kalimat suku Asli, dan dengan ketepatan strateginya, menemui Kepala Suku mereka. Awalnya hanya datang dan mengutarakan masalah. Kedua, ketiga, datang mencari hal yang paling Kepala Suku menyukainya. Setelah benar-benar matang, ketika relasi antara Sang Da’i dan Kepala Suku telah erat, barulah ia jelaskan Islam pada Sang Pimpinan, menjelaskannya pelan-pelan, ia jelaskan hal-hal yang indah, tentang Surga dan kenikmatannya, tentang BIdadari dan Istana di Surga bagi yang beriman.

Di Akhir cerita, atas karunia Allah yang Mahabesar, Sang Da’i berhasil mengajak Pemimpin Suku untuk masuk Islam. Berita ini terdengar oleh masyarakat sampai sudut-sudutnya. Yang mereka yakini adalah ketika pemimpin mereka melakukan ini, mereka akan melakukannya. Ketika pemimpin mengatakan itu, mereka melaksanakannya. Sekarang mereka dapati Sang Kepala Suku telah memeluk Islam, maka sebuah kelaziman bagi mereka untuk sama-sama memeluk agama yang dianut pemimpin mereka, semuanya, seluruhnya. Islam.

Cepat dan Tepat. Setelah keislaman Kepala Suku, Sang Da’i langsung berkomunikasi dengan Majelis Dakwah Pusat di Jakarta dan meminta rekomendasi untuk memberangkatkan Kepala Suku pergi Haji ke Makkah Al-Mukarromah. Setelah melalui proses penyampaian ilmu pada Masyarakat, Sang Kepala Suku yang telah lebih dahulu mendalami Islam mendapat kesempatan untuk menunaikan Ibadah Haji. Masyarakat begitu antusias mengiringi keberangkatan Pemimpinnya. Begitupula Sang Da’i. Yang ia yakini, setelah kepulangannya dari Haji, akan makin kokohlah keislaman Sang Kepala Suku.

Dan itu terbukti, tepat. Setelah 4 tahun berkontribusi dalam penyebaran Islam di tanah pedalaman Papua itu, sebagian besar penduduk telah memeluk Islam. Kecepatan dan ketepatan perhitungan Da’i dan tentunya pertolongan Allah, telah menjadikan proyek besar itu begitu mengangumkan dan begitu indah ketika terselesaikan. Kecepatan dan ketepatan, hal itu akan lahir dari hati yang penuh keyakinan akan pertolongan Allah.

Kisah ini kisah nyata yang diceritakan Murobbi pada kami setelah membahas materi Halaqah Tarbawiyah di rumah beliau. Nyata, bukan isapan jempol belaka.

Ketika Allah sudah merestui, maka otak akan cerdas berfikir, cekatan dalam memutuskan perkara. Mengapa? Jelas, karena Allah akan menolong siapapun yang menolong agama-Nya. Dengan cara apapun, termasuk kecepatan dan ketepatan yang membuat musuh begitu takjub. Kecepatan Kaum Muslimin merangsek maju dalam beberapa belas tahun menguasai wilayah yang lebih luas dari wilayah mereka sebelumnya di masa Khulafaur Rasyidin benar-benar membuat musuh terbelalak.

Begitulah Agen-agen perubahan sebelum kita telah bekerja, bagaimana dengan kita? Jika sudah ada sejarah yang berkisah dengan aroma kejayaan yang khas seperti yang kita baca, maka sudah sepantasnya kita melanjutkan jalan yang telah dilalui Agen-Agen perubahan di masa lalu itu. Dengan cepat, tepat, lalu Bismillah! Perform to Reform!

edgarhamas:

Yang Ajaib 14 Abad Lalu

@edgarhamas

Tanah ini gersang, bahkan kata situs geografi, hanya tanah ini yang tak punya sungai. Namun dengan ajaib nya, hanya butuh waktu 22 tahun sebuah peradaban bisa meninggi dan berkibar mengalahkan keangkuhan Persia penyembah api dan Byzantium pemilik pasukan terhebat di bumi.

Yang ajaib 14 Abad lalu,

Tidak pernah ada kerajaan yang berniat menyentuh tanah ini. Hanya Ka’bah sajalah episentrum yang membuatnya ramai dan punya nilai agung. Itupun Abrahah pernah nekad ingin menghancurkannya.

Namun, lagi-lagi di tanah ini; ababil datang menyerbu pasukan gajah dengan kerikil mungil, menembus otot-otot kekar pasukan katolik Yaman. Allah menunjukkan kekuasaan-Nya di hadapan manusia; bahwa sejenak setelah kisah tahun gajah itu, di saat itulah manusia teragung di bumi akan hadir mencahayakan malam.

(📷 Photo by : @ihsanmuraa )

Yang ajaib 14 Abad lalu,

Dari para pedagang jazirah itu, juga dari petani-petani mereka; lahirlah generasi teristimewa di muka bumi, sepanjang zaman. Ada yang as Shiddiq, ada yang Al Faruq, ada yang digelar singa Allah, bahkan juga pedang Allah.

Semua keajaiban itu tidak hadir karena usaha manusia semata-mata, atau karena murni proses terbangunnya peradaban. Apakah bisa? Dalam waktu 20 tahun muncul satu negara dari nol, yang tiba-tiba menaklukkan Amerika Serikat dan Uni Eropa secara bersamaan? Begitulah jika diumpamakan.

Tanah Arab telah jadi saksi; bahwa peradaban yang satu ini bukan karena proses berabad-abad. Ia adalah kekuatan Wahyu yang bisa mengubah wajah bumi dengan sekali hentakan. Ialah energi Wahyu, yang bisa menghebatkan manusia dalam sekali sentuhan.

Ialah Islam. Dan hanya ia yang bisa melakukannya. Apakah akan terulang kehebatan itu? Jika kamu tidak percaya, padahal Al Qur’an yang mereka dan kita baca adalah sama, berarti di saat yang sama kau telah meragukannya.

edgarhamas:

Al Quds, Palestina, dan Sudut Pandang yang Perlu Dibeningkan

@edgarhamas | edgarhamas.tumblr.com

(disampaikan dalam Agenda Diskusi Online yang diadakan oleh FSLDK Surabaya Raya | Selasa, 12 Desember 2017)

Baitul Maqdis, atau Al Quds, atau Elia Capitolina ketika berada di bawah kekuasaan Romawi, bukanlah sekadar sebuah kota. Lebih dari itu, dia adalah ruang dimana banyak peradaban bertemu, banyak ide-ide dan gagasan beradu, dan bersinggungan di atasnya banyak sekali kekuatan. Tidak salah jika seorang ilmuwan muslim, DR Muslih Abdul Karim mengutip perkataan Ulama, bahwa palestina yang di dalamnya ada Al Quds adalah “Ummul Ma’arik”, Mother of Battles, Induk peperangan.

Nah, pada kesempatan kali ini, izinkan saya membagi pembahasan menjadi tiga titik besar. Pertama; adalah perlunya kita untuk membeningkan sudut pandang kita dalam melihat Palestina. Kedua; sebagaimana tema berbicara, kita akan membahas situasi terkini Al Quds secara khusus, palestina, dan dunia Arab secara umum yang menjadi latar konflik. Dan ketiga; kita perlu untuk melihat akan berbagai kemungkinan yang akan terjadi setelah Trump mengumumkan dukungannya tehadap Israel untuk menjadikan Al Quds sebagai ibukota.

Pembahasan Pertama; Membeningkan Sudut Pandang

Apa itu Al Quds? Itu pertanyaannya. Jangan pernah membahas jauh-jau tentang satu masalah yang padahal kita tak mengerti apa hakikat permasalahan itu.

Teman-teman sekalian, Al Quds memiliki banyak sekali nama. Orang Yahudi dan Nasrani menyebutnya sebagai Jerusalem, dan umat Islam menyebutnya sebagai Baitul Maqdis atau Al Quds. Semua nama sangat berarti, dan kesemuanya sepakat bahwa kota ini adalah merkusuar penting bagi tiga agama langit. Dalam perspektif Yahudi, disinilah Nabi Sulaiman membangun Haikal (kuil). Bagi Nasrani, disitulah tempat Yesus Kristus disalib. Bagi Umat Islam, disanalah Nabi Muhammad ﷺ berangkat menuju langit ke tujuh dalam agenda agung berjudul Isra’ Mi’raj.

Al Quds tidak untuk muslim saja, tidak pula untuk nasrani saja, atau yahudi. Ia adalah hak semua pemeluk agama langit. Namun yang jadi titik penting dalam pembahasan kita adalah; dalam sejarah, kedamaian pemeluk 3 agama ini tidak pernah terwujud kecuali ketika di bawah kekuasaan Muslim. Ini bukan sebuah klaim. Ini adalah fakta sejarah. Saya mengatakan ini bukan karena saya muslim, melainkan karena sepanjang referensi baik Barat maupun Timur, semuanya bersaksi bahwa Palestina secara umum, dan Al Quds secara khusus hidup dalam harmoni di bawah pemerintahan islami.

“A people without the knowledge of their past history, origin and culture is like a tree without roots”

(Masyarakat tanpa pengetahuan tentang sejarah, asal dan kultur mereka, ibarat pohon yang tidak berakar), kata Marcus Harvey.

Apa yang membuat Al Quds penting?

Pertama, karena disanalah sentral pertemuan dari 3 benua. Asia, Afrika dan Eropa

Kedua, letaknya yang strategis membuat para penguasa ingin sekali menguasainya. Itulah mengapa sudah sangat terkenal kaidah geopolitik yang berbunyi, “siapa yang menguasai palestina, maka ia akan menguasai dunia.”

Ketiga, dan ini yang paling penting, tempat ini menjadi “pusat” tiga agama langit. Dan ini sangat berhubungan dengan iman. Bukan masalah politik atau militer. Keimananlah yang menjadikan kota ini benar-benar bermakna. Bahkan sampai-sampai tokoh zionis Yahudi, Benyamin Disraeli berkata, “The view of Jerusalem is the history of th world; it’s more, it is the history of earth an heaven.”

Bayangkan saja, logikanya, bagaimana mungkin tanah kecil yang tak sebesar Jawa Barat (Palestina seluas 26.990 km², dan Jawa Barat seluas 37.174 km²) bisa menjadi titik penting yang selalu penuh dengan pergulatan kekuatan dunia? Sebab yang dicari bukanlah luasnya, bukanlah kekayaannya, namun karena kedudukan dan pengaruhnya.

Itulah mengapa, dari sini kita perlu memahami, bahwa permasalahan Al Quds bukan semata-mata masalah politik. Dia adalah masalah peradaban yang sangat-sangat kompleks. Tidak akan bisa saya menyebut seluruh hakikat tentang Al Quds dan palestina hanya dengan pertemuan online 2 jam-an ini. Maka akan saya sampaikan saya garis besarnya.

“Sebab Al Quds, adalah masa lalu, masa kini dan masa depan kita”, kata salah seorang pemimpin perjuangan Rakyat Palestina di jalur Gaza.

Pandangan Masing-masing Agama Secara Ringkas :

YAHUDI : memandang bahwa Al-Quds adalah ibukota mereka, tidak ada yang berserikat dengan mereka walau satupun, sebagaimana pendiri Zionis, Mandell Slair berkata, “kalian menanyakan padaku apa keinginanku, maka Aku menjawab, bahwa keinginanku adalah Yerusalem. Kalian bertanya padaku, maka aku menjawab; Haikal, dan ia adalah sesuatu yang hilang dari kita. Apa yang kita anggap benar, adalah apa yang akan kita perjuangkan untuk meraihnya. Ialah negeri kita yang indah, keyakinan kita yang disucikan!”

NASRANI : Kaum Kristiani memandang Palestina sebagai ikatan keyakinan, yang membuat mereka berkumpul dari saentero negeri untuk menziarahi Baitul Lahm (Bethlehem) di selatan Baitul Maqdis , dikatakan bahwa tempat tersebut merupakan maskot Yesus Kristus, sebagaimana diceritakan dalam Injil Matius halaman 4, dan dinamakan dalam Kitab Suci mereka sebagai “Rumah Daud”

ISLAM : Kaum Muslimin memandang bahwa Palestina, terutama Baitul Maqdis, adalah negeri yang diberkahi, disebutkan berkali-kali dalam Al-Qur’an dan dimuliakan dengan hadist-hadist Nabi Muhammad SAW.

Allah berfirman, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS Al Isra ayat 1)

Masjid Al-Aqsha memiliki keberkahan, begitupula tanah tempat ia kokoh berdiri. Di Palestina lah, terutama di Al-Quds, Nabi Adam alaihissalam membangun pondasi Masjid ini, 40 tahun setelah membangun Ka’bah di Makkah.

Fakta Penting :

Dalam permasalahan Al Quds, kaum muslimin dan kristen banyak sekali bersatu pada dan memiliki keyakinan yang sama, bahwa kota ini untuk seluruh pemeluk agama langit. Namun yahudi tidak. Dalam doktrin mereka yang tertulis di kitab talmud; Palestina adalah ibukota abadi mereka dan hanya untuk mereka, yang lain hanyalah binatang dan bangsa di bawah kendali mereka.

Saat itulah konflik menjadi-jadi.

Pembahasan Kedua :

Situasi Terkini di Al Quds

6 Desember lalu, dunia dikejutkan dengan pernyataan Trump mengakui Al Quds sebagai ibukota Israel. Tentu dunia geger dengan sikapnya yang sangat kontroversial ini. Apa alasannya ketika ditanya, “mengapa anda melakukan ini semua?’, jawabannya adalah; karena demokrasi. Sebab mayoritas kongres AS mendukung ini. Faktanya memang, anggota kongres didominasi oleh mereka yang mendukung kepentingan yahudi. Bahkan bisa dibilang, sebagian besar anggota kongres AS telah dibeli suaranya oleh yahudi.

Awal petaka itu bermula ketika tahun 1995, kongres menyepakati untuk memindahkan kedubes AS dari Tel Aviv menuju Al Quds dan di saat yang sama juga mengakuinya sebagai ibukota Israel. Keputusan kongres tidak dijalani oleh para presiden hingga 20 tahun lamanya, sebab mereka meyakini bahwa kebijakan itu akan merusakn perdamaian duna.

Makanya, Trump mengatakan bahwa para presiden AS sebelumnya adalah pengecut. Ia lanjutkan, Trump malah mengatakan bahwa pemindahan ibukota ke Al Quds adalah hak Israel, untuk kemaslahatan AS dan demi perdamaian. Itulah semuanya, asumsi fana dan perhitungan Trump yang salah fatal. Tak lama setelah itu, banyak sekali telepon dari pemimpin negara di dunia yang mengecam Trump.

Mengapa pemindahan ibukota dari Tel Aviv ke Israel adalah ide yang sangat buruk?

Setidaknya ada beberapa jawaban. Pertama, Amerika berati telah merestui israel untuk menjajah teritori yang bukan haknya, sebab Yerusalem/Al Quds adalah tanah yang dilindungi badan Internasional. Kedua, amerika dengan sengaja ingn menyalakan kembali bara api konflik di atas tanah Palestina untuk mencegah palestina merdeka seutuhnya. Ketiga, AS berarti telah mengatakan pada dunia, bahwa ia menjadi rekan israel dalam membantai manusia. Keempat, AS telah memberi lampu hijau bagi Israel untuk mencaplok tanah Palestina. Kelima, memperkeruh sitausi antara dua negara (israel dan palestina). Dan keenam, mengancam kedudukan kota suci bagi tiga agama langit.

Sejauh ini, setelah pidato kontroversial trump, telah gugur 4 orang warga Palestina oleh agresi zionis israel. Ada juga 15 orang yang luka-luka parah karena serangan mendadak israel. Khusus di daerah Gaza, sudah ada 4 orang gugur dan 170 orang luka-luka. (sumber : @PalinfoAr)

Langkah Trump mengakui Al Quds sebagai ibukota israel adalah kebijakan yang aneh. Ini bisa menjadi blunder baginya, bahkan ini ahistoris (tidak sesuai dengan arah sejarah yang terjadi di muka bumi ini). Mungkin ada yang bertanya, mengapa Trump melakukan kebijakan gila ini? Ustadz Anis Matta mengatakan bahwa Trump berusaha mengalihkan isu karena tekanan politik dalam negerinya. Sudah lama Amerika merusak negara lain untuk kepentingan domestik mereka sendiri. Ini tidak adil dan tidak beradab. Di dalam negeri, Trump kehilangan kepercayaannya, maka ia melakukan ‘caper’ untuk menegaskan bahwa dia ada dan kuat.

APA YANG AKAN TERJADI SETELAH INI?

-Keputusan Donald Trump ini akan menjadikan Palestina makin terbakar dengan konflik, sebagaimana saat ini dunia memiliki dua titik merah konflik di Korea dan Ukraina.

-Timur Tengah sudah sangat panas, ada banyak sekali permasalahan yang dibentangkan oleh yahudi dan sekutunya untuk mencegah kebangkitan Islam di tanah Arab. Dengan adalah konflik pemindahan ibukota ke Al Quds, trump telah membuat Timur Tengah menjadi kawasan konfliik paling panas di muka bumi.

-sebenarnya, Trump telah membelah dunia kemudian menjadi dua blok baru; pro-israel atau kontra-israel. Dan akan banyak sekali kepentingan yang bermain untuk memanfaatkan situasi ini guna memukul amerika. Diantaranya, Rusia dan Cina yang kini cenderung berseberangan dengan AS

-di dalam dimensi lain, Trump secara gegabah telah membangunkan singa tidur. Bernama umat Islam. Dan dia akan tahu bahwa umat Islam jika telah bangun dari tidur panjangnya, akan sangat bisa untuk menjadi kekuatan baru dunia yang mengalahkan dominasi AS-Eropa.

APA YANG BISA KITA LAKUKAN UNTUK MEMBANTU TERSELESAIKANNYA KONFLIK DI PALESTINA?

Terdidik, mendidik, itu yang utama. Pembahasan ini tidak cukup sekadar 2 jam. Ini adalah problem yang bisa dikatakan abadi sampai hari kiamat datang. Sebab, silahkan dicek di pengetahuan agama-agama langit, baik Islam, Nasrani, dan Yahudi, meyakini bahwa akhir zaman akan sangat lekat dengan problema Palestina.

Bagi muslim contohnya. Palestina adalah; tempat kejadian akhir zaman akan berada di sana, ibukota negeri Islam akan berada di sana ketika akhir zaman, Dajjal akan dibunuh oleh Nabi Isa di pintu Ludd, yakni di sebuah daerah di Palestina. Ya’juj dan Ma’juj akan datang menyerbu bumi dan akan dimatikan di Palestina. Perang akhir zaman akan terjadi di Palestina.

Akhir Kata,

Ada banyak alasan untuk membela Al Quds dan Palestina. Namun yang paling tinggi di atas semuanya, yakni keimanan. Keimanan lah yang membuat orang Palestina rela bertahan berpuluh tahun lamanya, berbekal kerikil dan pisau dapur, melawan tank Merkava israel dan pesawat siluman F-35 mereka. Keimanan lah yang membuat pemuda Palestina bisa bertahan belajar di reruntuhan puing sekolahnya yang dihancurkan Apache isral.

Tahukah kamu mengapa Nabi-nabi namanya abadi sedangkan nama raja mudah menghilang? Karena di zaman apapun, di periode apapun, agama selalu mengisi pemikiran manusia dan memadukannya dengan ide-idenya, ruang hidupnya, dan usianya.

Membela Palestina bagi umat muslim terutama, adalah “juz’ min aqidah”, bagian penting dari akidah kita. Kamu tahu 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui? Apa yang kamu rasakan ketika saya bilang, 19 dari 25 nabi dan Rasul itu diutus di Palestina!

Itulah segores pemaknaan yang seharusnya membuat kita berdiri tangguh membelanya. Bukan temporal dan bukan reaksioner, namun pembelaan yang diiringi dengan pemahaman dan ilmu. Klaim Yahudi tentang Palestina, semuanya dusta. Akan perlu banyak waku untuk menjabarkannya. Namun satu hal; Yahudi tidak pernah benar-benar ingin kembali ke palestina. Sebab telah termaktub di taurat mereka; bahwa ketika seluruh yahudi berkumpul di Palestina, maka itulah saat-saat menuju kehancuran mereka. Semua ini adalah agenda zionisme. Pangkalnya adalah zionisme, yang puncaknya nanti adalah; hadirnya Dajjal untuk memimpin mereka.

Ini bukan teori konspirasi, sahabat. Ini adalah dunia kita yang penuh dengan intrik dan rahasia. Ini adalah dunia kita tempat kebenaran dan kebatilan bertempur sampai matahari terbit dari barat. Sebab itulah, sejatinya rasa nyaman bukanlah saat yang tepat. Kini kita harus sadar bahwa kita telah ada di ujung tanduk peradaban manusia.

Dan palestina akan jadi latarnya.