#DailyStory – Ramadhan To Ramadhan

Setiap weekday pada jam istirahat yaitu sekitar ba’da sholat dzuhur sampai jam 13.30 di kantorku selama bulan Ramadhan memang selalu ada kajian harian yang sengaja dihadirkan sebagai agenda Rohis perusahaan. Kala itu sekitar 3 hari yang lalu Rohis perusahaan menghadirkan salah satu tokoh yang mungkin sudah tidak asing lagi, apalagi dalam ranah media sosial pasca terjadinya aksi 212 yang cukup mebuat kagum bagi siapa saja yang melihat atau terlibat di dalamnya.

Beliau adalah Pak Haikal Hassan.

Siang itu beliau membahas salah satu topik yang berjudul Move on from bad habit. Dari judulnya aja udah bikin penasaran lah yah, apalagi buat aku yang memang masih punya habit-habit yang udah selayaknya ditinggalkan.

Dengan logatnya yang super betawi agak ke “arab-araban” materi yang beliau suguhkan cukup bisa diterima dengan baik, bahkan ampuh ga bikin ngantuk. Apalagi saat beliau membuka sesi kajiannya dengan salah satu pertanyaan yang diberikan kepada semua peserta.

“Apa yang sesungguhnya kalian tunggu setiap hari?”

Berbagai jawaban saling bertegur terucap dari siapa saja yang berusah menjawabnya. Ada yang menjawab kematian, ada yang menjawab ampunan dan rahmat Allah, dan masih banyak jawaban-jawaban lain yang diucapkan oleh para peserta.

Belum tuntas beliau mengklarifikasi maksud dan jawaban dari pertanyaan yang pertama, kemudian beliau bertanya lagi.

“Data apa yang tak pernah bisa diukur oleh hitungan statistika?”

Tiba-tiba dengan pertanyaan kedua ini hampir semua peserta terdiam, adapun yang menjawab tapi dengan suara yang lirih hingga tidak terdengar dengan jelas.

Kemudian beliau mengatakan, bahwa sesungguhnya hal yang tidak pernah bisa dihitung dengan hitungan statistika adalah kadar iman hamba Allah. Beliau mengatakan bahwa iman seorang manusia itu sesungguhnya berada dalam kondisi yang naik turun sehingga bisa disebut sebagai Fluktuasi iman. Banyak hal yang menyebabkan kondisi iman seseorang naik dan turun, yang mana salah satunya adalah datangnya bulan suci Ramadhan.

Begitu banyak manusia yang berlomba-lomba dalam kebaikan ketika mereka berada dalam bulan yang mulia ini, mulai dari bangun di sepertiga malam hingga menyusun program untuk menuntaskan bacaan Al-Qur’an agar bisa di khatamkan dalam 1 bulan Ramadhan.

Namun dalam berbagai program yang dibuat selama bulan Ramadhan tersebut, ternyata masih banyak manusia yang seolah menjadikan hal itu hanya sebatas tugas yang memang harus dilakukan selama Ramadhan, terkadang kita lupa bahwa sebenarnya kebaikan apa yang telah dibentuk selama bulan Ramadhan tentu harus kembali di implementasikan di bulan-bulan lainnya, dan hal-hal buruk apa yang telah kita tinggalkan selama bulan Ramadhan, tentu juga harus tetap kita tinggalkan ketika kita masuk bulan-bulan lainnya.

“Hal itulah yang menyebabkan manusia tanpa sadar selalu menunggu kedatangan bulan Ramadhan, “Ramahdan to Ramadhan”. Kita selalu menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan untuk memperbaiki diri kita dari berbagai kesalahan yang telah kita lakukan di bulan-bulan sebelumnya,”

Belum habis disitu beliau mengatakan bahwa sesungguhnya kita tidak akan ada apa-apanya tanpa datangnya bulan Ramadhan, berbagai perilaku buruk yang biasa kita lakukan, tidak akan hilang apabila kita tidak memperbaikinya seperti apa yang telah orang-orang beriman lakukan selama bulan Ramadhan.


Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang beriman dan senantiasa konsisten terhadap kebaikan yang telah kita lakukan selama bulan suci Ramadhan ini.