Es Selendang Mayang

Ada banyak keuntungan bila kita memilih untuk jajan, belanja, atau beli berbagai macam kebutuhan dan keinginan pada abang-abang, mang-mang, ibu-ibu atau pedangang kecil lainnya.

Misalnya ketika cuaca panas, kita merasa haus dan pengennya makan yang segar-segar terus kita beli “es selendang mayang” yang dijual oleh seorang kakek dengan menggunakan gerobak dorongnya.

Pertama, tentu rasa haus yang kita rasakan segera terobati dengan kesegaran yang terkandung dalam es tersebut

Kedua, kita sudah menjadi bagian dari orang yang ikut serta untuk melestarikan jajanan tradisional, disaat mungkin banyak orang yang memilih untuk membeli ice cream atau minuman yang harganya terkadang tak masuk akal.

Ketiga, harganya amat sangat bersahabat 🙂 cocok buat mahasiswa sekaligus anak rantau seperti saya.

Keempat, kita juga membantu kakek untuk melariskan dagangannya. Menghargai setiap pengorbanan yang dilakukan oleh orang yang sudah sepuh demi mencari rizki yang halal dengan berdagang daripada mengemis atau meminta-minta.

By the way ini hanya cerita pengalaman saya hari ini ketika pulang kuliah karena Ibu kota untuk beberapa hari ini cuacanya cukup panas.

Belajar dari Naik Kopaja

Entah kenapa setiap kali pulang kuliah pasti selalu banyak hal-hal baru yang saya temui sepanjang perjalanan pulang dan terlebih lagi hal baru tersebut sebenarnya hanya sebuah hal kecil namun setelah saya pikir kembali memiliki makna yang sangat dalam. Jadi ingat waktu ikut kelas Social Psychology, dosen saya bilang “kalau kalian ingin memiliki jam terbang yang baik, coba lakukan perjalanan, karena disana kalian akan menemukan banyak makna kehidupan sosial”

Seperti hari ini saat saya memutuskan untuk pulang kuliah dengan menggunakan transportasi umum non modern (read: kopaja). yes jika di dunia ini ada sekelompok orang yang menolak menggunakan transportasi umum yang modern salah satu orangnya adalah saya. Entah kenapa saya termasuk orang yang belum menemukan kenyamanan bila menggunakan transportasi tersebut meski terlihat cukup simple memang kita tinggal membuka aplikasi dan memesan untuk dijemput saja, hehe saya teringat apa yang dibilang Mamah ketika saya berada dirumah dan hendak berkunjung ke suatu tempat.

“Mah, naik motor yaa biar aku yang bonceng” terus mamah bilang “jangan kita naik angkot aja, kasian Mang angkot pada sepi penumpang”

Nahh, mungkin hal itu juga yang sedikit memotivasi saya untuk memilih berkendara seperti kopaja dan teman-temannya di Ibu kota ini.

*Back to topic*

ketika saya sudah berada dalam transportasi tersebut, saya mendapati hampir semua bangku sudah terisi penuh, kecuali ada satu bangku yang memang masih kosong tapi disebelahnya ada Ibu-ibu yang lumayan udah sepuh, beliau duduk di pinggir dekat jalan sementara sebelahnya dekat jendela dibiarkan kosong, saya memang tidak memilih untuk duduk karena perjalanan dari kampus ke tempat kos saya tidak terlalu lama, so akhirnya saya memilih untuk tetap berdiri saja.

Selama di dalam kendaraan begitu banyak orang yang cukup menarik simpati saya, mulai dari sopir hingga penumpangnya. Bagaimana tidak, ketika ada seorang kakek yang sudah sangat sepuh baru naik lalu kemudian terlihat Ibu yang juga sudah sedikit sepuh tadi mempersilahkan kakek untuk duduk di tempatnya, dan ibu itu berkata bahwa sebentar lagi dirinya akan turun, entah itu sungguhan atau kepura-puraan untuk menenangkan hati kakek.

Belum lagi ketika ada Nenek yang baru naik juga tetapi beliau membayar ongkos kurang dari yang telah ditentukan, dengan rendah hatinya bapak kondektur berkata “Iya tidak apa-apa”. Dan bahkan ketika kedua mata saya tertarik oleh pemandangan itu tiba-tiba dari belakang saya terdengar lagi seorang ibu yang terlihat masih muda dan bercadar, beliau berdiri mempersilahkan duduk seorang Nenek lagi.

Sebagai orang yang lebih muda dari kedua nenek yang ditolong tadi, juga dari bapak kondektur, dan ibu bercadar, saya merasa malu karena mungkin bila hal itu menimpa pada saya, belum tentu saya bisa bersikap seperti itu.

Pengalaman tersebut cukup memberikan saya pelajaran yang berarti bahwa kondisi sosial yang baik bisa terjadi bila dari setiap diri kita masing-masing senantiasa menghadirkan perasaan rendah hati kepada sesama.

So, happy weekend guys 🙂

Pulang Naik Apa ?

Siapa diantara kalian yang punya hobi jalan kaki 🙂 ? bagi sebagian
orang mungkin memang aktifitas itu cukup melelahkan, apalagi kalau yang
ga suka panas terus jalan kaki pasti ngerasa kepanasan, kalau yang ga
suka hujan terus jalan kaki pasti ngerasa berat karena kehujanan, belum
lagi ditambah jarak yang harus ditempuh menjadi sebuah hal yang
harus dipertimbangkan.

pernah suatu hari teman kampus saya ketika
pulang kuliah dia terlihat membuka aplikasi yang saat ini sudah menjadi
kebutuhan bagi sebagian orang (tapi tidak untuk saya), seolah saat ini semua kebutuhan kita bisa di cover hanya dengan bermodalkan segenggam smartphone.

ya ampun
Nna, itu tuh jauh kenapa kamu ga pesen g****** aja sih biar cepet nyampe
kosan kaya gw, emangnya lo ga capek abis kuliah dan pulangnya harus jalan ?

Menanggapi apa yang dikatakan teman saya, yaa emang iya sih capek, tapi kalau suka yaa gimana. Saya baru sadar bahwa entah kenapa dengan berjalan kaki terkadang saya merasa jauh lebih nyaman, lebih happy, dan selalu banyak menemukan hal-hal baru. Terkadang saya merasa sulit menemukan sebuah inspirasi dari membaca atau mendengarkan orang lain berbicara, tapi cukup dengan melakukan suatu perjalanan pendek dengan mudah inspirasi itu akan hadir dengan sendirinya, ibaratnya cuma jalan kaki ke warung juga pasti selalu ada hal baru yang kita petik dan jadi sebuah inspirasi, hehe, misalnya saat ibu pemilik warung yang melayani kita dengan ramah padahal kitanya sedikit bawel karena banyak request, itu juga bisa jadi bagian dari inspirasi kan ? bahwa bagaimana kita harus selalu bersikap bijaksana kepada orang lain.

Pernah suatu hari ketika saya pulang kuliah, hari itu adalah hari terakhir Final Exam. Saya memutuskan untuk pulang jalan kaki dengan melewati jalur yang berbeda dari berangkatnya. Jalur yang saya lalui memang cukup sepi untuk ukuran wilayah ibu kota, dan memang sepanjang jalan tersebut cukup banyak pohon-pohon yang tumbuh sehingga bisa bikin perjalanan pulang saat itu terasa adem, ditambah siang itu baru selesai hujan. Hmmm 🙂 i like it !

Sepanjang perjalanan selalu saya nikmati dengan cara memperlambat langkah sambil saya perhatikan setiap hal yang berlalu lalang sekitaran saya, Mulai dari orang-orang yang biasa berjualan di pinggir jalan hingga tak jarang saya juga bertemu dengan orang-orang bule yang membawa ransel atau koper di tangan mereka, entah kemana tujuan mereka dan apa yang akan mereka lakukan. Tapi tiba-tiba ketika langkah kaki saya terhenti di depan sebuah cafe yang menurut saya cukup sepi, saya melihat seorang Bapak yang membawa setumpuk Buku yang masih berlapis plastik, dan ketika saya melewati bapak itu, ternyata beliau menawarkan Bukunya kepada saya, “Barangkali adek mau beli, ini ada buku A, B, C, dan D barangkali adek butuh untuk kuliahnya silahkan bisa dilihat-lihat dulu”.

Ternyata beliau adalah seorang pedagang buku keliling, padahal yang saya lihat beliau sudah cukup tua untuk membawa dagangan buku-buku tersebut dengan kedua tangannya yang gemetaran. Tegas setelah saya dipertemukan dengan beliau, saya melanjutkan perjalanan dengan berbagai parsangka dan praduga didalam hati saya, fikirian saya seperti berisik saling bersahutan karena sosok beliau.

Tiba-tiba saya ingat ayah dirumah, tiba-tiba saya merasa kasihan “jangan-jangan bapak itu sakit karena tangannya bergetar, jangan-jangan bapak itu belum ada yang beli bukunya dari kemarin, jangan-jangan bapak itu ga punya rumah, atau jangan-jangan bapak itu punya anak yang masih sekolah, jangan-jangan dan jangan-jangan lainnya

Hingga pada akhirnya perlahan saya buang semua perasaan tersebut dan menggantikannya dengan mencoba untuk berfikir kira-kira hal apa sih yang bisa menjadi sebuah pelajaran bagi saya ketika saya bertemu dengan beliau. Karena jika kita terus merasakan berbagai prasangka di dalam hati kita, bukankah pertemuan itu tidak akan bermakna apapun bagi kita ? Semoga kita semua termasuk orang-orang yang selalu bisa mengambil sebuah makna dari setiap perjalanan kita masing-masing

Hujan dan Warna Putih yang Menghantarkan Do’a

Teh, kalian pulang naik apa ? udah mulai gerimis lagi nih awan mendungnya mulai ngikutin langkah kaki kita.

Bukan hanya ketika aku pulang kuliah memang Allah turunkan hujan di hari ini, melainkan ketika pagi tadi aku mulai keluar kost dan segera bergegas pergi ke kampus pun, Allah temani perjalanan aku dengan Rahmat-Nya yang sangat aku sukai. Niatnya sih pengen jalan kaki sampe kampus, tapi apa daya hehe sepertinya akan sangat terlambat jika aku tetap memaksakan kehendak. Akhirnya aku tetap menggunakan transportasi umum untuk pergi ke kampus padahal jarak kosan ke kampus ga terlalu jauh ko (menurut gw).

Tapi tau ga, ada hal yang begitu menarik yang terjadi ketika aku sedang menunggu transportasi umum, beberapa rombongan pemuda pemudi berjalan dibawah rintik hujan yang cukup deras, mereka berpakaian serba putih, meski ada beberpa dari mereka yang berpakaian hitam pula. Diantaranya ada pula yang membawa beberapa bendera, masya Allah aku lupa kalau ternyata hari ini Ibu Kota sedang mengadakan agenda untuk dzikir akbar, sambil memegang payung dan memperbaiki mantel dan syal yang aku kenakan, aku terus memperhatikan mereka, mereka berjalan sambil mengucapkan suatu kalimat yang sudah tak asing lagi aku dengar, sesekali ketika mereka yang berjalan kaki bertemu atau didahului oleh orang-orang yang menggunakan kendaraan baik motor maupun mobil, mereka saling mengucap salam dan takbir. “merinding rasanya” mungkin karena ketulusan mereka yang ingin terlibat dalam moment ini, mereka sungguh paham bahwa hujan bukanlah penghalang dalam melakukakn suatu kebaikan, buktinya mereka tetap berjalan melangkahkan kaki mereka.

So,karena transportasi yang aku tunggu tak kunjung tiba, maka aku putuskan untuk berjalan kaki hingga lampu merah, otomatis langkah kakiku seiring dengan mereka, seperti menyatu dengan tujuan mereka. Terkadang aku merasa, bila mereka yang selemah-lemahnya iman bisa melakukan hal yang demikian untuk agamanya, lalu bagaimana dengan aku? Ya Allah semoga Allah juga mencatat perjalanan ke kampusku pagi ini sebagai nilai ibadah yang baik seperti mereka.


Sesampainya di kampus, ternyata jalan raya depan kampus yang biasanya ramai oleh lalu lalang kendaraan telah berubah menjadi tempat parkir berbagai kendaraan mulai dari motor hingga bus, karena memang lokasi kampusku cukup dekat dengan titik kumpul para peserta yang ikut dalam acara tersebut.

“Gw masih dijalan nih terjebak hujan dan macet, tapi liat orang-orang yang pada pergi ikut aksi damai gw jadi pengen kesana juga. btw kalau dosen udah dateng bilangin gw sedikit telat yaa”

beberapa pesan via whatsapp mulai masuk dengan berbagai informasi yang mereka bawa, rasanya aku pun demikian, ingin bergabung dengan mereka dari berbagai pelosok Indonesia menjadi saksi untuk membela sebuah kebenaran. Menjadi bagian dari orang-orang yang berkumpul untuk bersimpuh memanjatkan do’a di waktu terbaik ketika hujan turun.

Allahumma shoyyiban naafi’aa [Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat].”

bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa ada dua do’a yang tidak akan ditolak: [1] do’a ketika adzan dan [2] do’a ketika ketika turunnya hujan.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi)

Semoga aku dan kita semua akan selalu menjadi orang-orang yang bersyukur ketika turunnya hujan. 🙂 Apakah kalian juga penyuka hujan ?

Ma Fi Qalbi Ghairullah

adalah sebuah kalimat yang ringan untuk kita ucapkan namun selalu terasa sulit untuk di implementasikan dalam diri kita.

adalah sebuah kalimat yang bila di artikan dalam bahasa berarti “Tiada di dalam hatiku kecuali Allah”

Pernah saya mengalami masa dimana yang saya lihat hanyalah berbagai kenikmatan yang Allah turunkan kepada orang-orang di sekeliling saya, si A mendapatkan ini sedangkan saya tidak, si B meraih ini sedangkan saya tidak, si C memiliki ini sedangkan aku tidak, belum lagi berbagai kondisi yang selalu saya bandingkan antara apa yang tidak saya dapatkan dengan apa yang telah orang lain miliki, sehingga semua itu membuat saya merasa lelah dan mungkin tiada syukur di dalam hati saya.

Hingga pada suatu hari kakak senior saya di kantor pernah berkata pada saya

“Nna, aku udah bertahun-tahun jadi anak rantau dan jauh dari orang tua bahkan sampai detik ini. kamu tau keberhasilan anak rantau itu dilihat dari apa? bukan dari berapa banyak uang atau kesuksesan yang ia bawa ketika pulang ke kampung halaman. melainkan adalah seberapa peka dia melihat bahwa di tanah perantauannya masih banyak orang-orang yang tidak seberuntung dirinya kemudian dia bersyukur dengan segala yang telah ia dapatkannya saat ini, juga seberapa pandai ia menjaga nama baik dirinya ketika ia jauh dari orang tua. Kesuksesan itu cuma bonus, karena sebenar-benarnya tugas anak rantau adalah pergi untuk mengambil sebanyak-banyaknya pelajaran dari pengalamannya tersebut”

yapss, itulah sebait nasehat yang cukup memberikan tamparan kepada saya, kemudian membuka mata hati saya untuk senantiasa bersungguh-sungguh melihat orang-orang di sekeliling saya, lantas apa yang saya saksikan saat itu bukanlah lagi mereka yang bergelimang harta dan tahta, melainkan adik-adik kecil yang masih memiliki hak untuk sekolah tetapi mereka tetap istiqomah menjadi tulang punggung keluarga bagi saudara-saudara mereka, menjajakan berbagai dagangan yang mereka jual, belum lagi kakek yang sudah sepuh seperti Abah di kampung yang berjalan memikul pot bunga dan perabotan rumah tangga. Ya Allah, lantas apa yang telah saya lakukan saat itu, bukannya mensyukuri apa yang telah Allah berikan malah selalu memohon atas segala hal yang belum saya dapatkan.

Itulah kenapa kita harus selalu menghadirkan Allah di dalam hati kita, melibatkan Allah dalam segala urusan kita, pokonya kita jangan sampai terlepas dari rahmat Allah, Nna. Kalo kamu bisa kaya gitu, pasti kamu bisa mengatasi homesick kamu, kamu bisa mengatasi perasaan kamu yang selalu membanding-bandingkan apa yang tidak kamu miliki dengan apa yang orang lain miliki. Belum lagi tentang perasaan-perasaan kamu yang sensitif karena kehadiran seseorang

Lantas apakah semudah itu melakukan apa yang dinasehatkan oleh kaka senior saya? tentu tidak, sama seperti yang lain saya pun butuh kekonsistenan untuk bisa bersungguh-sungguh meyakinkan diri saya bahwa Hanya Allah di dalam hati saya.

Mulai merubah time management sejak bangun tidur sampai tidur lagi, berusaha konsisten dengan apa yang telah dibuat, dan ga lupa bahwa apa yang akan, sedang, dan telah dilakukan harus selalu diniatkan untuk mencapai ridho Allah SWT.

So, ini adalah bagian dari mengisi waktu luang saya. Semoga kita semua akan selalu masuk dalam kelompok orang-orang yang selalu menghadirkan Allah dalam hati kita.

#MuslimVoteMuslim

Image

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, dimana orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api” (HR. Tirmidzi)

Dear saudara semuslim, Assalamu’alaykum
warahmatullahi wabarakatuh

 

Semoga apa yang kita lakukan termasuk kedalam hal-hal yang dinilai ibadah oleh Allah SWT

Semoga apa yang kita nikmati termasuk kedalam sesuatu yang halal dan berkah dari Allah SWT

Meskipun saya bukan bagian dari warga Ibu Kota, tetapi saya mendukung sahabat-sahabat saya (sahabat se-iman) untuk tetap istiqomah dalam berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits. Mengamalkan segala hal yang telah menjadi perintah dan kewajiban setiap Muslim di dunia. #MuslimVoteMuslim


Think out of the Box

Jadi beberapa hari yang
lalu saya tiba-tiba diberi sebuah pertanyaan kritis oleh seorang anak laki-laki
berusia 19 tahun.

“Teh, gimana kalau kita berada dalam sebuah kotak berkuran
kecil yang tidak hanya mengurung tubuh kita tetapi juga memenjarakan imajinasi
kita ? padahal tubuh kita terus bertumbuh dan imajinasi kita terus berkembang ?”

Hal pertama yang saya
bayangkan ketika saya membaca pesan tersebut adalah tentu merasa kenyamanan
saya terganggu, bagaimana saya bisa berkembang bila saya terus terkurung dalam
sebuah kotak yang sama. Mungkin lebih tepatnya saya membayangkan bila saya
berada dalam sebuah ruangan kecil sempit dan kosong serta tidak ada sesuatu
yang menyenangkan di dalamnya, kemudian akan banyak perasaan dan pikiran
negatif yang hadir dalam diri saya. Mulai dari perasaan sedih, kesepian, bahkan
untuk sekedar merentangkan tanganpun saya tidak bisa melakukannya, merasa
pengap, gelap, dan membekukan ide-ide positif dalam pikiran saya. Belum lagi
bila saya mengetahui bahwa diluar sana begitu banyak orang yang bebas bisa
melakukan apapun yang mereka inginkan, tentu hal itu akan menjadi sebuah
stimulus yang membuat kita semakin merasa rapuh karena kita tidak bisa melakukan
apa yang ingin kita lakukan seperti mereka.

Tapi tahukah, bahwa
ternyata begitu banyak orang (termasuk saya) yang sering terperangkap dalam
kondisi seperti itu, namun sedikit orang yang menyadari bahwa mereka bisa
keluar dari kurungan kotak tersebut. Hanya saja ketika saya semakin jauh
mengenal apa yang menjadi penyebab ketidak mampuan diri kita keluar dari
kurungan kotak tersebut adalah kita terlalu fokus membandingkan kondisi yang
menimpa diri kita dengan kondisi yang menimpa orang lain tanpa bertindak mencari
solusi dan jalan keluarnya
. Selalu banyak mengeluh dengan berbagai keterbatasan
kita saat itu tanpa menyadari bahwa keluhan itu tidak ada artinya bila tidak
diiringi dengan perubahan yang kita lakukan.

Seorang dosen Leadership
Psychology pernah memberikan sebuah nasehat yang saya rasa nasehat itu sudah
tidak asing lagi karena telah dikatakan banyak orang, “try to think out of the
box”. Yaps memang ada banyak makna yang bisa kita gali dari kalimat tersebut,
bagaimana tubuh kita bisa tumbuh dengan baik bila kita terperangkap dalam
sebuah kotak kecil yang tidak memberikan kebebasan bagi tubuh kita sendiri
untuk bergerak, bagaimana imajinasi kita bisa mengembangkan ide-ide positif
bila kita masih terperangkap di dalamnya, padahal diluar sana dunia begitu
luas, Allah tebarkan ilmu dan pengetahuan-pengetahuan milik-Nya untuk kita agar
bisa terus berkembang dengan belajar tanpa henti.

Think out of the Box.

Semoga Allah SWT selalu mendampingi kita semua. Menjadikan
apa yang kita lakukan menjadi sesuatu yang bernilai ibadah, dan menjadikan apa
yang kita nikmati menjadi sesuatu yang halal hingga ridho-Nya terus mengalir
untuk kita.

Makna dari Tn Frankl

Image

Hallo kawan, Assalamu’alaykum 🙂

By the way, apa kabarnya kamu hari ini (Upss, maksudnya
kalian) hehehe, semoga senantiasa berada dalam kondisi yang stabil yaa.

Oia, kali ini saya akan coba sharing bareng kalian tentang
salah satu tokoh Psikologi yang cukup fenomenal, apalagi buat kalian yang
mungkin udah khatam dengan semua teori Psikolog Kepribadian, udah bisa
dipastikan bahwa nama Bapak ini ga akan terdengar asing buat kalian (kecuali
kalo selama di dalem kelas kalian ngelamun kaya aku) hehehe, baru paham
teorinya pas tiba-tiba besoknya mau Exam, so mumpung masih nempel nih ga ada
salahnya donk kita bahas lagi bareng-bareng.

Mungkin diantara kalian, ada yang udah pernah denger atau baca
tentang kisah seorang Dokter muda di tahun 1942 yang kehilangan beberapa
orang-orang yang sangat dicintainya, mulai dari Ayah, Ibu, saudara laki-lakinya,
dan bahkan istri yang baru dinikahinya pun harus pergi meninggalkan beliau
dikarenakan mereka semua harus ditahan di kamp konsentrasi Bohemia pada zaman
Nazi. Ayahnya meninggal karena kelaparan, sedangkan Ibu dan saudaranya tewas di
Auschwitz pada tahun 1944, menyusul istrinya juga meninggal di tahun
berikutnya. Hanya saudara perempuannya yang selamat saat itu.

Kebayang kan, betapa sulit dan beratnya penderitaan yang
dihadapi oleh bapak dokter muda itu, lalu siapakah dia ? yaps dia adalah Viktor
Emil Frank, atau yang lebih dikenal dengan Viktor Frankl.

“tinggggg, ahaaa setelah membaca namanya udah kebayang kah
teori apa yang akan kita bahas ?”

Yapps Frankl adalah orang yang memperkenalkan salah satu teori
Psikologi yang dikenal dengan nama Logoterapi. “o..ooww” tapi meskipun Frankl
menciptakan sebuah teori yang disebut dengan Logoterapi, bukan berarti Frankl
melakukan proses terapi dengan sebuah Logo yaa, bukan loh. Justru teori dan
terapi Frankl ini lahir dari pengalamannya selama menjadi tawanan di kamp
konsentrasi Nazi. Yaps sangat perlu ditegaskan kembali, bahwa Frankl bisa
menciptakan sebuah teori berdasarkan pengalaman-pengalaman buruknya
(wahh..
luar biasa bukan)

Lalu, kenapa Frankl memberikan sebuah nama Logoterapi untuk
teorinya ? jadi gini guys, Frankl memberikan nama Logoterapi berdasarkan bahasa
Yunani, dalam bahasa Yunani Logos itu artinya pelajaran, kata, ruh, Tuhan,
atau makna.
Nah pengertian yang terakhirlah yang menjadi titik tekan bagi Frankl, yaitu
sebuah makna.

Berbeda dari Freud yang mempostulatkan kehendak terhadap
kesenangan sebagai sumber segala dorongan dalam diri manusia, dan Adler yang
mempostulatkan kehendak untuk berkuasa, justru Frankl dengan Logoterapinya
mempostulatkan kehendak untuk makna sebagai sumber utama motivasi manusia.

So, makna yang seperti apa aja yang Frankl maksud ?

Karena konsep utama dari Frankl adalah hati nurani, maka dalam
Logoterapi ini Frankl memberi 3 pendekatan utama dalam menemukan makna hidup.

Pertama adalah Nilai-nilai pengalaman, yaitu menemukan
makna hidup melalui berbagai pengalaman bersama orang atau hal-hal yang
berharga dalam hidup kita, misalnya ketika kita merasa bahagia karena hidup
kita dikelilingi oleh orang-orang yang kita cintai, kita jadi ngerasa punya
semangat yang menggebu-gebu karena kehadiran mereka dan peran-peran mereka
dalam hidup kita.

Kedua adalah Nilai-nilai Kreatif, yaitu menemukan
makna hidup dengan cara terlibat dalam sebuah proyek yang berharga bagi diri
kita, misalnya yang berhubungan dengan kreativitas mulai dari seni, music,
menulis, dan sebagainya. Biasanya mereka yang mudah menemukan makna hidup
dengan cara yang kedua ini adalah mereka yang memiliki ketertarikan pada sebuah
hal, entah hal itu hobi atau bukan, yang pasti mereka akan merasa nyaman bila
mereka melakukan hal-hal yang mereka sukai, yaa bisa dibilang semangat mereka
untuk mencapai masa depan mampu ke re-charge ketika mereka melakukan hal
tersebut.

Ketiga adalah Nilai-nilai attitudinal, yaitu cara menemukan makna hidup melalui berbagai
macam kebaikan, keberanian, bahkan kasih sayang.

Akan tetapi dari ketiga cara penemuan makna kehidupan diatas,
yang lebih sering dikemukakan oleh Frankl adalah penemuan makna kehidupan melalui
penderitaan
. Karena baginya, setiap penderitaan dan pengorbanan yang
kita lakukan akan selalu menyimpan makna-makna besar bagi kita dan makna
tersebut akan memberikan kekuatan yang besar pula pada kita untuk kembali
berani meraih setiap apa yang menjadi tujuan dalam hidup kita.

Apa diantara kalian ada yang merasa risih atau ga nyaman
dengan beban yang kalian rasakan saat ini ?

Mengeluh, menangis, marah, murung, atau blablablabla mungkin
memang hal yang manusiawi ketika kita dihadapkan pada sebuah kondisi yang sulit
yang membuat kita down, tapi ada hal yang akan menjadikan kita tampak special
dan berbeda dari orang lain ketika kita mampu menjadikan beban-beban dan
penderitaan tersebut menjadi sebuah sumber energy yang baik untuk kita berlari
menggapai cita dan segala mimpi-mimpi kita bukan ?

Nah mulai sekarang, akan lebih baik bila apa yang kita anggap
beban tersebut bisa kita jadikan sebagai sebuah makna hidup yang sangat berarti
bagi kita, menjadikan pelajaran yang berharga agar kita bisa menjadi seseorang
yang selangkah lebih maju.

Bukankah kata Allah dalam Al-Qur’an

sesungguhnya
bersama kesulitan itu ada kemudahan“
QS. Al
Insyirah : 6

Dan

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga,
padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan
Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
QS. Al-Baqarah : 214

Image

Dari Ma’qil ibn yasar: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :

“Tidaklah seorang hamba yang Allah beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik, melainkan ia tidak akan mendapatkan bau surga” (HR. Bukhari)


Setiap manusia merupakan pemimpin oleh karena itu kita akan dimintai pertanggungjawabannya. Seseorang yang diberikan amanah dari Allah berupa kepemimpinan di dunia namun ia tidak melaksanakannya dengan baik, maka ia akan di haramkan dari bau surga, Nauzubillah.

Semoga kita semua senantiasa berada di jalan yang lurus untuk selalu berusaha menjaga apa yang telah Allah SWT berikan dan amanhkan kepada kita.


Alhamdulillah challenge is completed, terima kasih @novieocktavia sudah menularkan habit postif untuk saya, semoga dengan ke istiqomahan saya atas habit baru ini, mengalirkan pahala kebaikan untukmu.